Cara Warga Bantu Warga di Dusun Sengkan, Bantu Jual Dagangan Tetangga yang Terpapar Covid

aktivitas warga bantu warga di Dusun Sengkan sudah berlangsung sejak lama

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 09 Agustus 2021 | 18:43 WIB
Cara Warga Bantu Warga di Dusun Sengkan, Bantu Jual Dagangan Tetangga yang Terpapar Covid
Gerakan warga bantu warga di Dusun Sengkan, Condongcatur, Depok, Sleman. (Dokumentasi: Dusun Sengkan).

SuaraJogja.id - Pandemi Covid-19 masih belum ada tanda-tanda akan usai dalam waktu dekat. Masyarakat tidak hanya bisa semata-mata mengandalkan uluran tangan pemerintah saja untuk bisa bertahan.

Gerakan warga bantu warga menjadi salah satu solusi untuk bisa menghadapi pandemi Covid-19 ini secara bersama-sama. Seperti yang dilakukan oleh warga di Dusun Sengkan, Condongcatur, Depok, Sleman.

Di Dusun Sengkan, gerakan warga bantu warga tidak hanya sebatas membagikan makanan bagi mereka yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman). Melainkan sejumlah warga turut membantu menjualkan dagangan salah seorang warga yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Sekretaris RT 06 Sengkan, Andreas Pamungkas menceritakan sebenarnya gerakan warga bantu warga di wilayahnya sudah berlangsung cukup lama. Namun memang seiring perjalanannya masih ada hal-hal lain yang tak terduga.

Baca Juga:Perubahan Suhu Berpotensi Pengaruhi Kesehatan Hewan Ternak, DP3 Sleman Beri Imbauan Ini

"Memang di RT kami itu ada ya semacam gerakan warga bantu warga. Cuma memang dalam perjalanannya kita menemukan hal-hal yang tidak terduga ya. Walaupun di awal sudah ada penanganan Covid-19 gimana gitu. Tapi yang bisa jadi terlewatkan adalah untuk kondisi-kondisi seperti ini yakni kondisi ketika tetangga kami ini satu keluarga giliran kena Covid-19," kata Andreas saat dihubungi awak media, Senin (9/8/2021).

Andreas menyampaikan kegiatan itu berawal dari anak pertama dari tiga bersaudara terpapar Covid-19. Ibu dari ketiga anak-anaknya ini yang bertindak sebagai tulang punggung harus memutar otak untuk bisa bertahan.

Dari anak sulung yang terpapar Covid-19 itu, ibu dan kedua anak-anak lainnya terpaksa harus mengungsi ke rumah keluarga besarnya di daerah Kota Yogyakarta, tepatnya di daerah Kusumanegara.

"Jadi yang kami jualkan barang dagangannya ini awalnya itu yang sakit anak pertamanya. Jadi ibu ini kan tulang punggung keluarga ya. Dia punya tiga anak gitu, nah awal pertama kali yang positif itu yang sulung. Karena yang sulung ini positif, kemudian ibu bersama adik-adiknya sama dua anak lainnya itu kemudian katakanlah ngungsi ke tempat keluarga besarnya di daerah Kota sana, Kusumanegara," paparnya.

Ibu itu sendiri diketahui selama ini bisa bertahan hidup dari berjualan sembako di Pasar Colombo. Dengan kondisi anak sulungnya yang terpapar Covid-19 dan harus mengungsi itu membuat si ibu tidak bisa berjualan.

Baca Juga:Kapasitas Selter Tak Cukup Tampung 6 Ribu Pasien Isoman, Begini Langkah Pemkab Sleman

"Dari situ kami melihat dengan ngungsi berarti dia (si ibu) tidak jualan ke Pasar Colombo karena dia kesehariannya menjual sembako di Pasar Colombo," tuturnya.

Lalu Andreas dan warga lain mendapat solusi agar ibu itu tetap bisa berjualan dengan mencarikan rumah warga yang kosong. Sehingga bisa ditinggali atau ditempati oleh si ibu sementara waktu.

Ketika solusi itu sudah bisa terlaksana dan si ibu bisa kembali berjualan ternyata persoalan lain muncul.

"Selesai dari situ dia (si ibu) berjualan lah, tapi ternyata ketika yang sulung ini sembuh, giliran ibu ini yang kemudian positif juga dan isoman beserta dua anaknya yang lain tadi," ungkapnya.

Tidak hanya sampai di situ, disebutkan Andreas kondisi ibu itu saat terpapar Covid-19 pun ternyata cukup berat. Ditandai dengan sejumlah gejala yang muncul.

"Ibu ini gejalanya cukup berat dalam arti dia sampai lemes, saturasi naik turun, kemudian batuk tidak selesai-selesai. Nah waktu isoman yang ditaksir 10-14 hari itu kalau bagi tetangga kami, ibu ini tidak mencukupi," ucapnya.

Usut punya usut, kata Andreas, saat sebelum terkonfirmasi positif Covid-19 ibu ini baru saja kulakan sejumlah kebutuhan pokok untuk dijual. Di antaranya ada bawang merah, bawang putih, bawang bombay, serta beras.

Tidak berpikir lama, Andreas bersama warga lain lantas berpikir untuk membantu meringankan beban si ibu. Pasalnya sebagai tulang punggung keluarga praktis si ibu akan memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup anak-anaknya apalagi anak-anaknya masih sekolah.

"Untuk memberikan support dan motivasi, karena orang positif kan butuh motivasi gitu, ya udah kita jualin lah bawang putih, bawang merah, bombay ini," ujarnya.

Disebarkan AntarRT

Dijelaskan Andreas, di RW 59 atau tempatnya tinggal terdapat tiga RT. Di dalam satu RT itu jumlah warganya pun terhitung cukup banyak.

"Jadi kalau di RW 59 ini ada tiga RT. Satu RT itu jumlahnya cukup banyak. Bisa 100-150 KK ya," katanya.

Tanpa berlama-lama, pihaknya lantas menghitung hasil kulakan ibu tadi untuk selanjutnya dibantu dijualkan ke warga sekitar. Setelah totalnya dagangan terdata dengan baik, pihaknya langsung membagikan informasi dagangan itu ke warga antar RT tersebut.

"Kita hitung dulu ada berapa totalnya kemudian kita share di grup antar RT. Kita sebarkan begitu saja, kemudian mereka yang mau order tinggal menyebutkan nama, RT mana, berapa jumlah yang dipesan," sebutnya.

Andreas menyebut gerakan warga bantu warga ini Donasi Covid-19, Bawang Dijual Murah. Kalimat dijual murah itu bukan sekadar isapan jempol belaka. Pasalnya si ibu meminta bahwa dagangannya dijual seharga kulakan saja.

"Jadi kami beri judul Donasi Covid-19, Bawang Dijual Murah. Kenapa murah? Karena kami terlah konfirmasi ke ibu ini minta untuk dijual seharga kulakan. Walaupun akhirnya kami jual ngga sesuai harga kulakan tapi masih di bawah harga pasar lah. Akhirnya kami beri judul itu," jelasnya.

Warga yang sudah tergabung dalam grup-grup baik di dalam RT itu sendiri maupun antar RT ternyata merespon dengan cepat dagangan tersebut.

Walaupun memang, lanjut Andreas saat awal-awal tidak dipungkiri ada sedikit keraguan dari warga. Kaitannya ketika menerima barang atau sesuatu dalam hal ini dagangan dari warga yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Kita sebar saja waktu itu ternyata respon cepet. Walaupun awal-awal itu memang sedikit ragu karena di pandemi ini banyak yang paranoid ketika barang itu keluar dari warga yang positif kadang-kadang bisa nular nggak. kadang itu membuat waktu itu membuat gimana ya, akhirnya waktu itu kita sebar lintas RT aja," terangnya.

Namun Andreas memastikan barang dagangan si ibu sudah dikemas dengan aman sebelumnya. Sehingga pihaknya meyakini tidak akan menjadi media yang dapat digunakan untuk menularkan virus corona itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak