Di Jogja sendiri lanjutnya, gairah mural sempat bagus di masa akhir periode kedua Wali Kota Herry Zudianto. Sekitar tahun 2011-an, seniman disubsidi oleh pemerintah dalam bentuk cat untuk membuat karya di dinding-dinding yang ada di Kota Pelajar.
Samuel mengingat kala itu pemerintah menganggarkan kurang lebih Rp40 juta untuk bantuan cat bagi para seniman. Seluruh cat tersebut ditempatkan di salah satu kantor dinas, bagi warga yang ingin membuat mural bisa mengambil cat tersebut. Dikatakan Samuel cat adalah salah satu kebutuhan seniman art street yang cukup mahal.
![Seorang pengendara motor melintas di depan gambar mural yang terdapat di tembok di kawasan Kota Jogja, Jumat (27/8/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/08/28/39655-mural-di-kota-jogja.jpg)
“Nah dari situlah Wali Kota merasa harus support karena aktivitas kami, alasannya takut disebut pelit. Ya saya bilang tapi jangan banyak-banyak lho pak. Saya nanti cari sendiri (dana), akhirnya ada kemandirian, ada kegembiraan lantas memungkinkan eksplorasinya lebih jauh,” kata dia.
Usai pergantian Wali Kota Yogyakarta oleh Haryadi Suyuti, subsidi itu sudah tidak ada lagi.
Baca Juga:Ramai Soal Penghapusan Mural di Jembatan Kewek, Begini Respon Walikota Jogja
Lebih lanjut, menanggapi penghapusan yang terjadi di Jembatan kewek, Samuel mengaku cukup tergelitik. Ia menyebut baik aparat dalam hal ini pemerintah dan masyarakat sama-sama ingin diperhatikan. Pemicunya tentu momentum pandemi Covid-19 dan juga momentum kebingungan publik.
Penghapusan mural itu, kata Samuel hanya meminjam sebentar platform media daring untuk berpindah ke cara yang tradisional. Artinya ruang yang sebelumnya sering digunakan masyarakat melalui smartphone berpindah sementara ke media dinding.
“Menggelitik ini sebenarnya, satunya membuat, satunya menghapus. Lalu membuat lagi, dihapus lagi, ya saya mesem saja. Misal ada yang ditangkap, ya tangkap saja, tapi yang belum ditangkap, bikin,” kata Samuel.
Menurut pria asal Kota Gombong, Jawa Tengah itu, seniman mural tak perlu fokus terhadap muralnya. Ia menilai jika memang ada tindakan atau reaksi dari pemerintah, buat lagi mural-mural lainnya dimana dari pesan dan isi mural itu disampaikan ke publik. Ia menilai menyampaikan ulang definisi sebuah mural jauh lebih penting.
Sebuah seni termasuk mural ketika sudah didokumentasikan dalam bentuk audio visual atau pun foto, hal itu sudah cukup aman. Dengan kata lain, seniman bisa dengan bebas menyampaikan ulang di media sosial mereka.
Baca Juga:Mural di Jembatan Kewek Dihapus Aparat, Seniman Sebut Kurang Kerjaan
Mural Dibungkam Itu Provokatif