Suara Senyap Orang-orang yang Hidup dengan Stempel PKI Bagian 2 (Habis)

Pipit merupakan satu diantara sekian ribu generasi kedua yang mewarisi stempel PKI dari keluarganya.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 01 Oktober 2021 | 11:08 WIB
Suara Senyap Orang-orang yang Hidup dengan Stempel PKI Bagian 2 (Habis)
Film G30SPKI [Youtube]

Dari situ anak-anaknya mulai mendengar cerita-cerita yang disampaikan oleh para penyintas termasuk kakek dan neneknya. Jadi memang mereka sudah tahu kalau simbah-simbahnya dulu pernah dipenjara.

"Ketika bapakku diwawancara kemudian anak-anak mendengar, kemudian dia tanya simbah dulu sempat dipenjara to bu? Cuma memang belum tahu secara detail ya tapi minimal dia sudah tahu latar belakangnya. Sudah tahu tentang simbah kakung dan simbah putrinya," jelasnya. 

Jalan Panjang Rekonsiliasi

Menurut Pipit, masih membutuhkan proses yang panjang dan tidak bisa terburu-buru dalam mengurai persoalan ini. Sebab diperlukan pihak-pihak yang bisa membahas tragedi berdarah ini secara jernih.

Baca Juga:Alasan TVRI Tak Tayangkan Film Pengkhianatan G30S PKI

"Menurutku memang ini masih butuh proses yang panjang untuk peristiwa ini dan kita nggak bisa terburu-buru. Aku pernah denger apa ya, emang butuh dipotong satu generasi tua dulu ini hilang semua mungkin baru bisa terjadi peristiwa itu dibahas dengan jernih," kata Pipit.

Namun tentu Pipit sendiri tidak bisa menyebut atau bahkan memastikan berapa tahun lagi itu bisa terwujud. Hal yang bisa dilakukan sekarang adalah dengan terus melangkah ke depan sedikit demi sedikit.

"Tapi memang mikirnya sekarang sih apa yang bisa dilakukan kita dengan langkah-langkah kecil saat ini, apa yang bisa dilakukan itu aja. Enggak terlalu kemudian harus berharap pemerintah harus begini-begini, kayaknya terlalu jauh gitu kan, masih jauh," sebutnya.

Pipit menilai kondisi dalam beberapa tahun terakhir sudah sangat berbeda dengan dulu. Hal itu bisa dibuktukan dalam dua terakhir saja ketika memasuki September-Oktober tidak ada kegiatannya yang begitu mencolok.

"Maksudnya emang sudah enggak terlalu, udah nggak laku isunya. Udah enggak seheboh dulu. Jadi santai aja enggak terlalu ketika kemudian ada yang ayo nonton bareng (film G30S PKI) paling ya cuma jadi bahan guyonan di medsos tapi ngga terlalu ramai, biasa aja," ujar Pipit.

Baca Juga:1 Oktober 2021, Hari Kesaktian Pancasila atau Hari Lahir Pancasila? Cek Bedanya di Sini

Ilustrasi Partai Komunis Indonesia (PKI) ditangkap militer. [Suara.com/Iqbal]
Ilustrasi Partai Komunis Indonesia (PKI) ditangkap militer. [Suara.com/Iqbal]

Menurutnya kondisi ini justru sudah bagus. Artinya, memang peristiwa itu bukan hal yang perlu diperingati khususnya ketika September-Oktober.

"Dan ini ternyata orang sudah enggak terlalu ngeh, enggak terlalu ini karena memang kayaknya mungkin engga ada yang disuruh untuk menggembar-gemborkan itu lagi," tuturnya.

Lagipula, kata Pipit, saat ini sudah sangat banyak informasi yang bisa didapatkan terkait dengan peristiwa itu. Terlebih dari berbagai versi dan itu bisa dicari bukan lagi dipaksa harus tahu. Ruang diskusi pun juga sudah terbuka secara luas.

"Informasinya sekarang juga sudah banyak itu ada podcast-podcast gitu, bagus-bagus kan itu ketika dia cerita dari versi yang lain gitu. Di medsos juga banyak juga temen-temen yang bikin film-film yang menurut kamu menarik untuk dijadikan bahan diskusi itu. Tidak lagi film yang diharuskan dan diwajibkan untuk ditonton. Ketika itu diwajibkan untuk ditonton kemudian itu disandingkan juga dengan film yang lain," paparnya.

Bantuan Pemerintah

Kendati memang tragedi kelam G30S belum bisa diselesaikan oleh pemerintah. Tidak lantas, kata Pipit menutup hal-hal baik yang sudah diupayakan pemerintah saat ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak