SuaraJogja.id - Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman mulai mempersiapkan sejumlah langkah antisipasi terkait dengan ancaman fenomena La Nina. Pengungatan sejumlah ekosistem dalam destinasi pariwisata itu menjadi penting.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Suparmono meminta kepada seluruh pengelola destinasi wisata untuk lebih mempersiapkan diri. Hal ini dilakukan guna mencegah dampak fenomena La Nina menjadi semakin besar khususnya di sektor pariwisata.
"Kalau pariwisata tentu harus objek-objek dijaga dengan baik, terutama yang ekosistemnya yang itu di dalamnya juga ada pertanian bahkan perikanan, lebih menjaga itu," kata Suparmono kepada awak media, Sabtu (23/10/2021).
Ia mengaku memang belum ada pembicaraan lebih lanjut terkait dengan langkah-langkah antisipasi yang bakal dilakukan bagi sektor pariwisata. Namun yang pasti persiapan itu akan segera dipikirkan mulai sekarang.
Baca Juga:La Nina Melanda Indonesia, Ini Imbauan BMKG
Termasuk dengan penguatan dari segi sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini akan memperkuat pengelola wisata itu sendiri dengan dibantu para relawan yang ada.
"Iya tentunya nanti bakal mengerahkan relawan juga. Pengelola, relawan dan gugus Covid-19 itu nanti akan dikerahkan. Tetapi semoga tidak terlalu parah (dampak La Nina)," ujarnya.
Menurutnya, tidak hanya sektor wisata saja yang perlu mulai mempersiapkan sejumlah langkah antisipasi itu. Dari sektor pertanian pun juga penting untuk mulai membekali diri dan mempersiapkan segela sesuatunya.
Sebelumnya Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, fenomena La Nina akan melanda Indonesia. Diperkirakan La Nina muncul selama periode lima bulan hingga Februari 2022 mendatang. Karenanya Dwikorita menghimbau masyarakat untik berhati-hati.
"Fenomena [la nina] ini membuat curah hujan meninggkat 20 hingga 70 persen," ujar Dwikorita usai memberikan kegiatan sekolah lapang iklim tematik di Yogyakarta, Jumat (22/10/2021).
Baca Juga:Fenomena La Nina di Bali Diperkirakan Terjadi Pada November-Februari 2022, Ini Dampaknya
Menurut mantan Rektor UGM tersebut, La Nina muncul karena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal. Akibatnya udara terasa lebih dingin dan curah hujan tinggi.
Saat ini fenomena ini mulai bergerak ke moderat atau menengah. Kondisi ini mengakibatkan makin tingginya curah hujan. Di DIY bahkan diperkirakan kenaikan curah hujan bisa mencapai 60 persen.
Untuk menghindari dampak La Lina yang merugikan, masyarakat diminta menjaga lingkungan. Sebab bila curah hujan yang turun semakin tinggi maka dikhawatirkan bisa merusak lingkungan.
"Jangan merusak lingkungan, jangan membuang sampah, gencarkan penghijauan. Masyarakat jangan merusak lahan meski hujan tidak deras bisa merusak lahan karena lahannya sudah rusak. Apalagi kalau hujannya semakin esktrim, lahannya bisa semakin rusak. Itu bisa menjadi bencana yang merusak," tandasnya.