Sempat Ditawari Mediasi, Ibu yang Anaknya Curi Perabotan Tetap Minta Lanjut Proses Hukum

aksi pemuda yang nekat menjual perabot milik ibunya sempat jadi perhatian publik

Galih Priatmojo
Kamis, 25 November 2021 | 08:39 WIB
Sempat Ditawari Mediasi, Ibu yang Anaknya Curi Perabotan Tetap Minta Lanjut Proses Hukum
Tampang Dwi Rahayu Saputra (24) anak yang tega dan nekat menjual perabotan rumah milik ibunya saat dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolres Bantul, Rabu (24/11/2021). (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Dwi Rahayu Saputro pemuda berusia 24 tahun ini pantas disebut sebagai anak durhaka. Pemuda asal Padukuhan Paten Kalurahan Srihardono Kapanewon Pundong Kabupaten Bantul telah tega menjual seluruh isi rumah ibunya demi membahagiakan pacar yang baru dikenalnya selama sebulan.

Kapolres Bantul, AKBP Ihsan mengakui jika kasus anak durhaka ini telah bergulir sejak sebulan yang lalu. Pihaknya sebenarnya sudah berusaha melakukan mediasi kedua belah pihak agar diselesaikan secara kekeluargaan. Namun Sang Ibu, Paliyem (53) nampaknya tetap bersikukuh agar anaknya tetap diproses secara hukum. 

"Ini kasus delik aduan jadi jika ibunya mencabut laporan, saat itu juga langsung kami hentikan kasusnya,"tutur Ihsan, Rabu (24/11/2021).

Ditemui di rumahnya di RT 06 Padukuhan Paten, Paliyem nampak tengah membersihkan sisa-sisa air yang masuk ke dalam rumahnya. Genting rumahnya masih belum terpasang 100 persen usai dilepas dan diturunkan anaknya untuk dijual.

Baca Juga:Kasus Covid-19 di Bantul Tidak Bergejala, Bupati Optimistis Bebas Corona

Seluruh ruangan nampak masih basah karena diguyur hujan beberapa waktu belakangan ini. Air masuk ke dalam rumah melalui lubang atap yang belum tertutup genteng. Paliyem dengan sabar membersihkan seluruh ruangan sembari memungut benda yang masih bisa dimanfaatkan.

Hari Rabu kemarin, Paliyem memang tidak masuk kerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di Kalurahan Bangunjiwo Kapanewon Kasihan Bantul. Ia harus libur karena harus melengkapai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atas kasus pencurian dalam keluarga yang dilakukan anak semata wayangnya tersebut.

"Saya tidak masuk hari ini. Tadi pak polisi bilang harus tanda tangan berkas,"ujar Paliyem, Rabu.

Saat ini ia hanya bisa pasrah, dan memilih untuk tetap bekerja menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di Kalurahan Bangunjiwo Kapanewon Kasihan Bantul. Jika kebetulan di rumah, ia tidur hanya beralaskan tikar di sudut ruang tamu yang masih kering dan aman dari guyuran air hujan.

Paliyem mengaku tetap ingin memproses secara hukum anak kandungnya tersebut. Karena menurutnya hal tersebut diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi anaknya agar berubah. Tak lagi bersikap arogan ataupun menjual segala isi rumah milliknya.

Baca Juga:Komplotan Pencuri Traktor Pembajak Sawah Dibekuk Polres Bantul

"Kalau laporan saya cabut maka saya yakin Dwi akan berulah lagi. Sertifikat rumah ini sudah saya agunkan di bank. Kalau laporan dicabut terus dia bebas dan meminta duit lagi. Saya mau bagaimana, ndak bisa nyicil bank malah rumah nanti disita. Wong kalau dia minta itu, hari itu juga harus ada,"tandasnya.

Awalnya, lanjut Paliyem, dirinya tidak berniat untuk melaporkan kelakuan anaknya tersebut meskipun seluruh isi rumahnya telah dijual bahkan termasuk daun pintu. Namun semakin dibiarkan ternyata anaknya semakin keterlaluan karena semuanya hendak dijual.

Terakhir yang akan dijual adalah genteng rumahnya yang selama ini terpasang sebagai atap. Bahkan genteng-genteng tersebut telah diturunkan dan siap untuk dijual. Namun urung dilakukan oleh anaknya karena para tetangga berhasil mencegahnya.

"Itu yang membuat saya naik pitam. Kalau genteng yang terpasang itu dijual artinya sudah membunuh saya. Saya mau berteduh di mana,"tambahnya.

Ibu Sebut Anaknya Mulai Berulah Ketika Bapaknya Masuk Penjara

Paliyem kini hanya pasrah dengan nasib yang menimpanya. Pintu maaf masih terbuka untuk anaknya, namun ia masih ingin memberikan pelajaran terlebih dahulu. 

Paliyem mengatakan sejatinya Dwi kecil awalnya adalah anak yang baik dan penurut. Namun sejak sekolah di sebuah SMK di Kota Bantul, anaknya mulai berubah. Kelakuan jelek anaknya mulai muncul ketika suaminya masuk ke penjara 3 tahun lalu. 

"Suami saya dipenjara karena kasus penipuan dan penggelapan. Sempat masuk (penjara) 1,5 tahun,"terangnya.

Karena malu bapaknya telah dipenjara atas kasus penipuan dan penggelapan, Dwi akhirnya enggan untuk bersekolah lagi. Dwi terpaksa berhenti sekolah dan mulai saat itu Dwi sering keluyuran ke luar rumah. Perangainya berubah bahkan ringan tangan kepada ibunya ketika keinginannya tidak segera dipenuhi.

Bahkan, Dwi sudah mulai berani menggadaikan sepeda motornya untuk bersenang-senang. Beberapa kali Dwi telah menggadaikan sepeda motornya kepada teman yang dikenalnya. Tak hanya itu, meski belum bekerja namun Dwi mulai berpacaran. 

"Dia tidak bisa menebus motor yang digadaikan ya saya yang membayarnya,"ungkapnya. 

Usai keluar dari penjara, bapaknya mulai sakit-sakitan. Meskipun sudah mengetahui sakit gula, namun bapaknya tidak bersedia menghindari makanan yang selama ini menjadi pantangan. dan 6 bulan yang lalu, bapaknya meninggal dunia 6 bulan. 

Sejak saat itu, Dwi sebenarnya bersedia bekerja. Dwipun mendaftar menjadi driver ojek online. Namun ternyata Dwi tidak pernah berubah, ia sering marah-marah meminta uang kepada ibunya dengan berbagai alasan. Jika tidak segera dipenuhi, Dwi sering main tangan terhadap ibu kandungnya tersebut.

"Dia itu sering memukul saya. Tetapi itu tidak saya laporkan sekalian,"ujar Paliyem.

Sebulan lalu, Paliyem mendengar jika anaknya mulai berpacaran dengan seorang perempuan yang baru dikenalnya. Dan sejak saat itu, Dwi sering berbohong kepada ibunya. sepengetahuan Paliyem, wanita yang menjadi pacar anaknya tersebut sering meminjam uang. 

Awalnya, pacar Dwi meminjam uang Rp100 ribu, kemudian jumlahnya meningkat menjadi Rp 3 juta. Bahkan terakhir kali, perempuant tersebut berani menjual sepeda motor yang sehari-hari digunakannya untuk bekerja sebagai ojek online.

"Awalnya ceweknya itu pinjam uang Rp100 ribu. Terus katanya pinjam lagi Rp3 juta. Itu bilangnya pinjam lho,"kata Paliyem.

Padahal, lanjut Paliyem, dirinya tidak memiliki penghasilan yang tetap untuk menghidupi dirinya dan menuruti semua keinginan anaknya tersebut. Karena selama ini, Paliyem hanya menggantungkan hidupnya dari membuat rambut palsu di rumahnya. 

Meskipun sudah bekerja sebagai tukang ojek online, namun Paliyem mengaku belum pernah menerima uang dari anaknya dari hasil bekerja. Namun justru hampir setiap hari anaknya meminta uang untuk Top Up.

Sebulan lalu, ia mencoba peruntungannya bekerja menjadi Asisten Rumah Tangga (ART). Ia memang menginap di rumah sang juragan dan tak pernah pulang. Di rumah hanya Dwi sendirian tanpa ada yang menemani

"Dia itu pernah meminta ingin ikut kerja saya. Tetapi saya bilang kalau nanti sudah bayaran 1 kali, dia akan saya ajak. Eh malah kayak gini to,"keluhnya.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini