"Varian Delta sangat menular di Jepang dibandingkan dengan varian lain. Namun di tengah akumulasi ini, kami yakin varian ini tak bisa lagi bermutasi," kata Ituro Inoue.
"Dengan melihat bahwa kasus tak lagi naik, kami percaya pada proses mutasi ini, virus itu langsung mengarah ke punah dengan sendirinya," tambahnya.
Teori Inoue ini memberikan sedikit gambaran mengapa varian Delta di Jepang tiba-tiba hilang.
Pertimbangan ini juga dilihat berdasarkan apa yang terjadi di negara-negara Barat dengan tingkat vaksinasi cukup tinggi, namun harus menerapkan karantina.
Baca Juga:Hits Health: Vaksin Covid-19 Hanya Manjur 40 Persen, Healing dengan Menghancurkan Barang
Namun kasus di Jepang ini unik karena kasus Covid benar-benar anjlok walaupun transportasi umum seperti kereta dan restoran penuh sejak kondisi darurat berakhir Oktober lalu.
Walaupun ada penurunan tajam kasus Covid-19 di Jepang, para ilmuwan tetap berhati-hati dan menghindar membuat diagnosa apa yang mungkin terjadi di masa depan.
Pandemi virus corona secara konstan berevolusi dan menunjukkan bahwa walaupun program vaksinasi dan protokol kesehatan diterapkan, dunia masih belum aman dari pandemi baru ini.
Covid-19 ulah teroris
Pada kesempatan lain, situasi bingung juga dirasakan mantan Menkes Siti Fadilah Supari terkait cepatnya kasus Covid-19 turun hingga menghilang. Saat diwawancarai tokoh jurnalisme Karni Ilyas di saluran Youtubenya Siti menyebut bahwa covid diduga adalah by terorisme.
Baca Juga:Update Covid-19 Global: Setelah Beta, Ilmuwan Afrika Selatan Kembali Temukan Varian Baru
Siti mengurai pada waktu WHO memberikan statemen pada 13 Maret telah muncul corona di Wuhan. Dia lantas menyebut bahwa syarat-syarat pandemi sebetulnya belum terpenuhi.