Hama Tikus Menggila di Gunungkidul, Mitos Prajurit Ratu Kidul dan Ingatan Tragedi Gaber

hama tikus serang lahan pertanian di Gunungkidul

Galih Priatmojo
Kamis, 09 Desember 2021 | 12:31 WIB
Hama Tikus Menggila di Gunungkidul, Mitos Prajurit Ratu Kidul dan Ingatan Tragedi Gaber
ilustrasi tikus. [Wikipedia]

SuaraJogja.id - Hama tikus kini mulai merajalela di Kabupaten Gunungkidul. Ribuan tikus kini  menyerang lahan pertanian di wilayah kehutanan yang dibudidayakan petani. Bayangan krisis pangan tahun 1963 atau zaman Gaber di wilayah ini masih membekas di benak para petani.

Pasalnya, hama ini menyerang tanaman jagung sejak masih dalam kondisi baru ditanam dan masih berupa benih. Benih jagung yang baru ditebar oleh petani, pada malam hari banyak yang hilang dibawa oleh tikus ke dalam lubang sarangnya.

Tak sedikit petani yang terpaksa harus menanam kembali (sulam), sehingga harus membeli bibit lagi.

Saat ini, tanaman jagung petani yang lolos dari serangan sudah berumur sekitar 30 hari, tingginya baru sekitar 1 meter, tapi rupanya tikus masih juga menyerang. Tikus akhirnya menghantam batang jagung. Setiap pagi banyak batang jagung berserakan karena ditebang oleh tikus.

Baca Juga:Puluhan Warga Nglipar Tertipu Program Ternak Kemitraan yang Diluncurkan Bupati Gunungkidul

Petani di Gunungkidul memeriksa tanaman jagungnya usai diserang hama tikus yang menggila di wilayah tersebut. [Kontributor / Julianto]
Petani di Gunungkidul memeriksa tanaman jagungnya usai diserang hama tikus yang menggila di wilayah tersebut. [Kontributor / Julianto]

"Saya pernah sengaja melihat aksi tikus di malam hari, mereka berdiri kemudian menggigiti batang jagung sampai roboh, kemudian pindah ke batang jagung lainnya, yang roboh tidak dimakan," terang Sutopo(43), warga Padukuhan Tanjung, Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, Kamis (9/12/2021).

Sutopo mengaku, saat ini hampir 40 persen tanaman jagungnya yang mati karena ditebang tikus. Padahal dulu dia sempat menyulam tanaman jagungnya sampai habis dua kantong benih. Jenis tikus yang menyerang ada empat jenis, tikus kecil(pithi), tikus dada putih, tikus rumah dan tikus besar(wirok).

Hal senada disampaikan oleh Sagiran (55) warga Padukuhan Sawahan, Kalurahan Bleberan, dia mengaku sempat menyulam tanaman jagungnya sampai habis tiga kantong. Tak hanya itu, tikus juga menyerang tanaman yang berhasil tumbuh. Bahkan akibat serangan tikus tersebut tanaman yang ia budidayakan tidak bisa panen.

"tikus tidak hanya menyerang tanaman jagung, tapi juga padi, dan ketela(banggal) yang baru saja ditanam,"ungkap dia.

Mitos Prajurit Ratu Selatan

Baca Juga:PPKM Level 3, Bupati Gunungkidul Pastikan Objek Wisata Tetap Buka Saat Libur Nataru

Hanya saja, pemberantasan tikus di Gunungkidul masih terkendala dengan mitos yang masih berkembang. Sebagian masyarakat masih menganggap tikus adalah perwujudan dari Prajurit Ratu Selatan. Di mana mereka dikerahkan tahun 1963 sehingga terjadilah zaman Gaber.

"Jika kami membasmi tikus takutnya nanti yang menyerangnya semakin bertambah banyak,"ujar Padmo, warga Padukuhan Tanjung Kalurahan Bleberan Kapanewon Playen.

Karena takut dengan serangan tikus yang menggila maka petani lahan kehutanan lebih memilih berpindah tempat. Jika sebelumnya mereka menanam di sepanjang garis pantai kini memilih ke wilayah utara di Kapanewon Playen ataupun Paliyan.

Zaman Gaber tercatat pernah terjadi tahun 1963 lalu di mana saat itu makan sangat sulit. Saat zaman gaber terjadi, beras menjadi barang sangat langka dan susah didapat. Banyak orang tidak bisa membeli beras karena kalau ada harganya mahal sekali. 

Orang-orang desa yang kekurangan pangan pada pergi ke kota Wonosari, ibukota Kabupaten Gunungkidul. Mereka mencari kerja agar bisa makan.  

Zaman gaber terjadi sebenarnya bukanlah karena wilayah Gunungkidul yang tandus atau curah hujan kurang. Wilayah tandus di Gunungkidul hanya terbentang di wilayah pegunungan bagian selatan. Daerah utara yang membentang dari barat sampai ke timur adalah tanah subur dengan kedalaman top soil yang masih lebar, lebih dari satu meter. 

Yang memicu terjadinya susah pangan adalah lebih karena hama tikus yang menggila. Hama tikus memakan semua hasil panen. Obat-obatan hama tikus tidak ada waktu itu. Sehingga, terjadilah bencana kelaparan

Kini bayangan jaman Gaber akan terulang juga mulai menghantui. Puluhan hektare tanaman pangan yang dibudidayakan petani kini terancam tidak bisa dipanen karena serangan tikus tersebut.

Serangan Tikus Habisi Lahan Petani

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, Jayadi mengungkapkan serangan hama tikus dilaporkan terjadi di berbagai titik.

"Sejauh ini ada 54 hektare (ha) lahan pertanian yang terdampak hama tikus," ungkapnya ditemui di Kalurahan Dengok, Playen, Kamis (09/12/2021).

Menurut Jayadi, lahan yang terdampak hama tikus tersebar merata. Antara lain di Kapanewon Playen, Paliyan, hingga zona selatan seperti Tanjungsari. Saat ini pihaknya tengah mendorong agar petani turun langsung untuk mengendalikan hama tikus. 

Ilustrasi beberapa ekor tikus. [Shutterstock]
Ilustrasi beberapa ekor tikus. [Shutterstock]

Sebab jika tidak, maka tanaman pangan bisa mengalami kerusakan bahkan gagal panen. Menurutnya sebisa mungkin dikendalikan agar populasi hama tikus tidak sampai 10 persen.

Proses pembasmian mengandalkan umpan beracun serta emposan. Saat ini terdapat persediaan umpan sebanyak 100 kilogram (kg) dan emposan sekitar 20 kg. Petani bisa mendapatkan bahan pembasmi dengan mengajukan rekomendasi ke PUPT dan DPP Gunungkidul. Namun bahan ini hanya sebagai stimulan.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak