Tagar Yogya Tidak Aman Ramai Gegara Klitih, Krisnadi: Solusinya Larang Anak Kendarai Motor

Klitih di Jogja yang makin meresahkan membuat muncul gerakan netizen yang meramaikan tagar Yogya Tidak Aman

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 28 Desember 2021 | 20:09 WIB
Tagar Yogya Tidak Aman Ramai Gegara Klitih, Krisnadi: Solusinya Larang Anak Kendarai Motor
Ilustrasi klitih - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

SuaraJogja.id - Aksi klitih di Jogja yang makin meresahkan memunculkan gerakan netizen yang menyeru tagar Yogya Tidak Aman. Anggota DPRD Krisnadi Setyawan pun memberikan solusi efektif mengurangi aksi jahat tersebut.

Seperti diketahui aksi klitih dalam beberapa pekan terakhir makin meresahkan. Terkini seorang perempuan menjadi korban tindak kejahatan jalanan yang diduga klitih saat melintasi underpass Kentungan.

Makin meresahkannya aksi klitih yang termasuk dalam kejahatan jalanan itupun membuat sosial media ramai dipenuhi tagar Yogya Tidak Aman. Tak sedikit yang mengecam tindakan kejahatan yang menyasar target random tersebut.

Maraknya aksi klitih itupun menggelitik anggota DPRD Kota Jogja Krisnadi Setyawan. Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Jogja tersebut menyebut bahwa penyelesaian kasus klitih di Jogja solusinya ada tapi tidak populer.

Baca Juga:Cerita Tambal Ban Panggilan di Jogja, Deg-degan Nambal Ban Motor Cah Klitih

Ia mengungkapkan untuk mereduksi aksi klitih di Jogja meminta pihak terkait untuk melarang anak-anak mengendarai motor.

"Klitih itu penyelesaiannya sangat tidak populer apalagi heroik. Banyak yang tidak suka solusinya. Tapi saya jamin 75 persen bisa langsung mengurangi klitih. Simpel: larang semua anak-anak mengendarai sepeda motor ganti sepeda kayuh atau naik @Trans_Jogja," tulisnya di akun Twitternya, Selasa (28/12/2021).

"Senakal-nakalnya anak remaja geng-gengan kalo konvoi atau tawuran pake sepeda kayuh pasti ndak akan segayeng klo pake scoopy atau RX King. Belum lagi gembyeng sudah lemes kecapean genjot sepeda...ada sejarahnya...," lanjutnya disertai sejarah geng remaja.

"Kemerdekaan berserikat tidak bisa diebrangus termasuk geng-gengan yang harus ditolak adalah kekerasan dan tindak kriminalnya. Pelucutan kelompok klitih harus dimulai dari rumah masing-masing, larang sepeda motor bagi anak SD dan SMP. harus tegas Gusti!" ujarnya.

"Tugas bersama adalah mewujudkan transportasi publik yang ramah anak dan pemberantasan pil koplo juga harus digalakkan. Menciptakan ekosistem lingkungan ramah anak adalah kunci memberantas klitih," tukasnya.

Baca Juga:Polda DIY Sebut Peredaran Obat Keras Ilegal Picu Maraknya Aksi Kejahatan Klitih

Patroli Skala Besar

Dugaan kejahatan jalanan dengan menakuti hingga menyerang warga yang mulai bermunculan akhir tahun baru 2022 ini menjadi perhatian Polresta Yogyakarta. Patroli skala besar dilakukan Polresta untuk mengurangi aksi yang juga disebut klitih tersebut.

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro memberi keterangan pada wartawan usai pencanangan wajib masker dan vaksin Malioboro di Stasiun Tugu Yogyakarta, Rabu (11/8/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro memberi keterangan pada wartawan usai pencanangan wajib masker dan vaksin Malioboro di Stasiun Tugu Yogyakarta, Rabu (11/8/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Ya patroli skala besar kami lakukan," ungkap Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (28/12/2021).

Ia mengatakan bahwa patroli sudah dilakukan sejak satu bulan lamanya. Namun saat ini akan diperbanyak untuk menghindari terjadinya kasus klitih di wilayah hukum Kota Jogja.

Purwadi mengatakan bahwa banyak titik rawan yang kerap terjadi aksi klitih. Kendati begitu pihaknya mengaku terduga pelaku kerap berpindah-pindah.

"Prioritas kami di perbatasan Kota Jogja-Sleman dan juga Jogja-Bantul," katanya.

Patroli skala besar itu lanjutnya, dilakukan dengan tim gabungan. Polisi dan TNI menyisir baik di wilayah perbatasan dan titik rawan terjadinya aksi kejahatan jalanan.

"Nanti bersama tim gabungan, kami gelar secara serentak itu," ujar Purwadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak