SuaraJogja.id - Kabar duka datang dari dunia kuliner Sleman, DIY. Legenda Jadah Tempe Sudimah Wiro Sartono atau yang dikenal dengan Mbah Carik meninggal dunia pada Selasa (11/1/2022) petang kemarin.
Berdasarkan pantauan SuaraJogja.id di rumah duka pada Rabu (12/1/2022) sekitar pukul 10.02 WIB pagi pelayat sudah datang ke sana. Karangan bunga dari berbagai pihak mulai dari Bupati Sleman, Sekda dan lainnya juga telah ada di sekitar rumah duka.
Terlihat ada Pangeran Keraton Yogyakarta Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat yang hadir melayat di kediaman Mbah Carik. Pria yang akrab disapa Gusti Yudha itu juga sempat mengenang sosok Mbah Carik semasa hidupnya dulu.
"Orangnya lugu, jadi saya tahu Mbah Carik itu mulai kecil ya karena almarhum HB IX itu sering di Kaliurang, beserta putra garwa (istri) dan sedikit abdi dalem," kata Gusti Yudha kepada awak media ditemui di rumah duka, Rabu (12/1/2022).
Baca Juga:Jelang Putaran Kedua Liga 1, PSS Sleman Sambut 2 Pemain Baru dari Persis Solo
Adik GBPH Prabukusumo itu menyebut bahkan pada saat zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII lebih banyak abdi dalem yang diajak ke Kaliurang tepatnya ke tempat Mbah Carik ini. Ada pula pengrawit atau penabuh gamelan yang sampai menginap beberapa hari di sana.
Saat masih kecil pun, Gusti Yudha juga masih ingat sering ikut ke Kaliurang. Dari situ ia juga mengetahui sosok Mbah Carik dan usahanya jadah tempe.
"Kalau pagi setelah mandi gitu sering diajak ibu ke tempat Mbah Carik ini, dulu hanya pecel jadah tempe ala kadarnya,” kenangnya.
Sebelumnya, anak ketiga dari Mbah Carik, Bejo Wiryanto sendiri menilai sosok ibunya adalah wanita yang paling hebat.
"Ibu saya itu, wanita terhebat nomor satu di muka bumi. Tidak ada yang bisa menggantikan kehebatan ibu saya. Wanita terbaik pertama adalah ibu saya," kata Bejo.
Baca Juga:Ingin Tambah Jam Terbang, Dua Pemain Persis Solo Merapat ke PSS Sleman
Dimata Bejo, ibunya adalah sosok yang tidak ragu untuk membagikan semua ilmunya kepada orang lain. Mbah Carik, ibunya bukanlah sosok yang hanya berpikir untuk dirinya sendiri tetapi juga masyarakat luas.
"Dia mengajarkan apapun, tentang kebaikan-kebaikan, tentang masa depan, dan beliau selalu berpikir tentang negara, tentang masyarakat bagaimana cara mencari nafkah. Beliau tidak egois. Itu yang saya ketahui selama ini," ungkapnya.
Ia menjelaskan Mbah Carik sendiri memiliki anak berjumlah sembilan orang. Dari sembilan orang anaknya itu lima di antaranya sudah mendahului beliau meninggal dunia.
Saat ini hanya menyisakan empat orang anaknya yang masih ada. Kemudian cucunya sendiri ada sebanyak 12 orang dengan cicit 8 orang.
"Jadi ibu itu (meninggal dunia) karena sudah sepuh sebelumnya beliau itu memang sakit," ujarnya.
Jenazah Mbah Carik sendiri akhirnya diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir pada pukul 11.50 WIB. Berdasarkan informasi yang diterima mendiang Mbah Carik disemayamkan di Makam Mayang Sekar tepatnya di Kaliurang Timur, Hargobinangun.