Fenomena Warga Kampung Miliarder Tuban Gigit Jari, Pakar UGM: Perlu Pendampingan dan Berpikir Jangka Panjang

para miliarder di Tuban kini harus gigit jari.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 26 Januari 2022 | 19:06 WIB
Fenomena Warga Kampung Miliarder Tuban Gigit Jari, Pakar UGM: Perlu Pendampingan dan Berpikir Jangka Panjang
Viral warga kampung miliarder Tuban menyesal jual tanah [Tangkapan layar Instagram]

SuaraJogja.id - Masa kejayaan sejumlah warga di Desa Wadung dan Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur kini semakin memudar. Bagaimana tidak, warga desa yang sempat mendadak jadi miliarder usai mendapat ganti untung dalam rangka pembangunan kilang minyak Pertamina kini harus gigit jari. Sebab diketahui belum lama ini penduduk setempat itu malah menjadi pengangguran karena tak memiliki pekerjaan tetap.

Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol UGM, Hempri Suyatna menilai bahwa fenomena yang dialami sejumlah masyarakat di Tuban itu adalah culture shock atau gegar budaya. Mereka dianggap tidak sepenuhnya bisa mengelola keterjutan budaya itu dengan baik saat dulu menjadi miliarder.

"Budaya konsumtif dan budaya instan yang ada di masyarakat seringkali menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk jangka panjang," kata Hempri dalam keterangannya, Rabu (26/1/2022).

Hempri menuturkan bahwa dalam kasus ini masyarakat tidak siap untuk menghadapi proses perubahan yang terjadi. Ditambah pula nihilnya kehadiran pemerintah atau perusahaan dalam mengelola uang ganti untung tersebut yang membuatnya semakin parah.

Baca Juga:Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Cuma Naik 1 Poin, Pukat UGM: Perbaikan Tak Signifikan

"Tidak adanya arahan dari pemerintah misalnya terkait penggunaan dana kompensasi tersebut. Akibatnya banyak masyarakat yang kemudian menggunakan dana tersebut untuk kepentingan konsumtif membeli mobil, rumah dan sebagainya," terangnya.

Ia tidak menutup kemungkinan fenomena miliarder yang kemudian justru jatuh miskin ini tidak hanya terjadi di Tuban saja. Sehingga perlu diperhatikan secara lebih lagi khususnya pada masyarakat yang akan mengalami ganti rugi lahan sebagai dampak dari proyek pembangunan. 

Selama ini, kata Hempri tidak sedikit kasus yang ada justru masyarakat menganggap bahwa kompensasi ganti rugi lahan itu selesai hanya ketika masyarakat sudah menerima uangnya. Padahal ada berbagai hal yang perlu diperhatikan setelah menerima uang ganti rugi itu.

"Kalaupun misalnya masyarakat kemudian membuka usaha seringkali kecenderungan hampir sama seperti membuka warung kelontong atau usaha dagang. Padahal, masyarakat tidak memiliki bekal untuk itu sehingga mereka mengalami kegagalan di dalam merintis usaha," ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi fenomena warga Tuban ini kembali terjadi, Hempri menyebut perlu kehadiran perusahaan untuk membantu masyarakat yang terdampak tersebut. Hal ini bertujuan agar tetap bisa membuat masyarakat tetap bertahan. 

Baca Juga:UGM Gelar Kurasi Produk UMKM untuk Ekspor ke Jepang

Perusahaan yang hadir di tengah masyarakat terdampak itu bisa saja membuat berbagai progam. Salah satunya dengan membekali masyarakat dengan keterampilan yang dapat mendorong masyarakat untuk merintis UMKM. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak