"Katakanlah itu betul-betul maling pun kenapa kemudian sasarannya adalah mobil dihancurkan, itu kan pasti ada informan yang mengatakan ataupun mempengaruhi untuk melakukan itu," imbuhnya.
Sehingga, disampaikan Suprapto, perlu untuk mengetahui lebih jauh siapa aktor yang berperan di situ. Sebab saat situasi berkerumun itu resonansi dari teriakan itu akan dengan mudah menimbulkan tindakan spontan tadi entah itu tindakan yang negatif atau positif.
"Misalnya ada orang jatuh, mungkin orang itu pura-pura jatuh biar dikasihani saat itu orang juga akan menolong tetapi ketika ada teriakan maling atau jambret tidak tahu duduk persoalannya maka mereka akan kerjakan dulu penjelasannya baru kemudian," urainya.
Lokasi kejadian pun turut mempengaruhi potensi tindakan-tindakan anarkis tersebut. Misalnya saja di jalanan potensi tindakan anarkis itu lebih besar terjadi ketimbang jika di dalam kampung atau gang kecil.
Baca Juga:Kriminolog UGM Beberkan 3 Faktor Generasi Muda Terjebak Dalam Pekerjaan Pinjol Ilegal
Pada intinya, tindakan di luar kendali itu terjadi akibat dari orang yang merasa bahwa dirinya kuat. Kemudian merasa juga bahwa dirinya tidak mudah dikontrol.
"Jadi itu fenomena kerumunan atau massa yang sangat sensitif terhadap sesuatu yang dicetuskan oleh seseorang atau beberapa orang di sekitarnya," tandasnya.