Harga Kedelai Meroket, Perajin di Sleman Perkecil Ukuran hingga Kurangi Jumlah Tahu per Bungkus

Juminten juga memperkecil ukuran tempe yang ia produksi, misalnya, untuk ukuran tempe satu papan besar yang biasa ia banderol Rp6.000.

Galih Priatmojo
Minggu, 20 Februari 2022 | 12:00 WIB
Harga Kedelai Meroket, Perajin di Sleman Perkecil Ukuran hingga Kurangi Jumlah Tahu per Bungkus
Salah satu perajin tahu di Yogyakarta, Rabu (16/2/2022) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Harga kedelai naik sejak akhir Januari 2022, hingga kini perajin tahu dan tempe di Kabupaten Sleman masih belum memproduksi sesuai kapasitas normal.

Seorang perajin tahu tempe Juminten mengatakan, harga tempe dan tahu yang ia jual tidak mengalami kenaikan.

Namun untuk produk tahu, ia bukan hanya memperkecil ukuran, melainkan juga mengurangi isi tahu dalam satu plastik kemasan.

"Berkurang satu potong. Biasanya 5.000 isi 10 iris sekarang sembilan iris," ujarnya, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga:Ciptakan Suasana Menyenangkan, 900 Lebih Anak-anak di Sleman Divaksin Bersama Spider-Man dan Hello Kitty

Selain itu, Juminten juga memperkecil ukuran tempe yang ia produksi, misalnya, untuk ukuran tempe satu papan besar yang biasa ia banderol Rp6.000. Demikian hal yang sama ia lakukan pula untuk tempe ukuran kecil Rp3.000.

Menurut Juminten, konsumennya memaklumi apa yang ia lakukan, mengingat tingginya harga kedelai.

Perajin tahu tempe di Dukuh Saren, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman ini mengaku, permintaan dari konsumen masih stabil.

"Selama beberapa kali harga kedelai tinggi, tak berdampak pada konsumen. Berbeda dengan tingginya harga ayam telur atau cabai, kelihatan sekali permintaan drop," ungkap dia.

Pastikan Tak Ada Produsen Mogok

Baca Juga:PSS Sleman Menang Banding, Aaron Evans: Saya Yakin 100 Persen Itu Keputusan Tepat

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman Nia Astuti memastikan, kendati harga kedelai tinggi, ratusan perajin tahu dan tempe di Kabupaten Sleman tidak melakukan aksi mogok produksi.

Menurutnya, tahu dan tempe merupakan solusi terakhir bagi masyarakat untuk mendapatkan lauk murah bergizi.

"Kami sangat mengharapkan pelaku usaha tidak mogok. Perajin pada masa sekarang ini dikaruhke," terangnya.

Ia tak membantah adanya solusi para perajin yang memperkecil ukuran produk. Bahkan, Pemkab Sleman tak masalah jika harga produk dinaikkan.

"Tapi para produsen yang enggan menaikkan. Kalau harga naik, dikhawatirkan pembeli berkurang," terangnya.

Nia menjelaskan, di Kabupaten Sleman terdapat sedikitnya 200 pengrajin tempe 53 pengrajin tahu di Kapanewon Seyegan.

Sebagai antisipasi agar produsen tidak mogok, maka pihaknya memfasilitasi mediasi antara distributor dengan sentra tahu tempe. Selain itu, melakukan koordinasi dan memantau beberapa distributor.

"Kami buat mekanisme kulakan bersama. Sehingga kulak bersama dengan harga yang lebih murah artinya bisa menekan biaya produksi," ucapnya.

Nia berharap, Industri Kecil Menengah (IKM) yang ada di Kabupaten Sleman tetap bisa memproduksi sehingga tahu tempe tidak hilang dari pasaran.

Kenaikan Kedelai Terpantau Mulai Terjadi Akhir Januari

Nia menyebut, dari hasil pantauan yang dilakukan oleh Disperindag Sleman, kenaikan harga kedelai mulai terjadi pada akhir Januari 2022.

Awal Januari 2022, rerata harga kedelai Rp11.500-11.900 per Kg. Namun, pada akhir Januari 2022, harga kedelai menjadi Rp12.000 per Kg.

Saat ini, Sabtu (19/2/2022), ada di angka Rp12.438 per Kg untuk kedelai impor. Sedangkan kedelai lokal harganya sebesar Rp10.786 per Kg.

Ia menambahkan, lewat pengamatan yang dilakukan, diketahui kenaikan harga kedelai terjadi hampir setiap awal tahun. 

Kontributor : Uli Febriarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini