Namun, dikatakan Baskara bahwa Letnan Komarudin sendiri tidak bisa lantas disebut sebagai pemantik serangan umum tersebut. Ia menilai Komarudin hanya salah tanggal dalam melakukan serangannya.
Justru dalam hal ini Sri Sultan HB IX yang memang bisa disebut sebagai pemantik serangan umum itu. Setelah melaporkan rencana itu juga ke Jenderal Sudirman.
"Itu lebih karena berita dari radio yang diterima oleh Sri Sultan HB IX lalu disampaikan ke Jenderal Sudirman karena mau ada sidang PBB mari kita bikin gerakan. Terutama pemantiknya adalah itu, Sri Sultan HB IX," terangnya.
"Kemudian kesatuan tentara waktu itu juga masih gerliya, kan tercerai berai, beda-beda, ada yang dipimpin ini, itu. Jadi Komarudin bukan pemantik. Ya tadi, dia bagian dari upaya melaksanakan di lapangan cuma keliru saja harinya," imbuhnya.
Baca Juga:Cerita di Balik Serangan Umum 1 Maret 1949, Disebar dari Rumah Petani hingga Terdengar PBB
Ditanya terkait dengan kisah Soeharto yang disebut tengah makan soto saat anak buahnya bertempur melawan Belanda pada saat agresi militer tersebut, Baskara mengaku tidak tahu secara pasti.

"Itu saya enggak tahu (Soeharto sedang makan soto saat serangan umum), itu cerita populer sih dari kesaksian beberapa orang tapi sekali lagi saya kurang tahu itu," ucapnya.
Namun satu hal yang kemudian dapat dipastikan adalah Presiden ke-2 RI tersebut ikut terlibat dalam peristiwa bersejarah itu. Walaupun memang harus dilihat juga terkait perjuangan bersama dan keterlibatan tokoh sipil di dalam peristiwa tersebut.
"Tapi bahwa Soeharto terlibat jelas bersama dengan yang lain, kan fotonya juga ada keterlibatan Pak Harto. Tetapi saya lebih menekankan pada pertama kebersamaan perjuangan bersama dan kedua keterlibatan juga tokoh-tokoh sipil ya terutama Sri Sultan HB IX itu perannya sangat penting, sangat sentral," tandasnya.
Baca Juga:Mengenang Serangan Umum 1 Maret, Peristiwa Bersejarah Melawan Penjajah