Imbasnya, pengeluaran lebih banyak dibanding sebelum minyak goreng mengalami kenaikan, karena lebih sering membeli minyak. Namun hal itu masih cukup memenuhi kebutuhannya.
"Kalau sehari, total pendapatan itu bisa sampai Rp1 juta. Sebenarnya, kenaikan harga minyak goreng ini belum berdampak banyak. Tapi kalau agennya kehabisan minyak goreng, kami juga kewalahan," ujar pria 22 tahun itu.
Dampak paling dirasakan ketika hujan lebat. Dimana tidak semua pembeli keluar rumah.
Beruntung, Dika berjualan menggunakan mobil bak terbuka. Sehingga masih bisa berkeliling ke komplek perumahan menawarkan tahu bulatnya.
Baca Juga:Disperindag Lampung Masih Temukan Praktik Bundling dan Tying Minyak Goreng di Pasaran
Pedagang gorengan di Jalan Glagahsari, Umbulharjo, Rizal Ahmad harus menyesuaikan harga gorengan untuk menyiasati harga minyak goreng yang terlampau mahal.
Rizal sedikit membesarkan bentuk gorengannya dan dijual lebih mahal.
"Biasanya Rp500, tapi sekarang saya naikkan jadi Rp750. Tapi pembeli itu belinya Rp5 ribu dapat 10 biji, sekarang ya sekitar 7-8 biji saja," terang dia.
Rizal membeli minyak goreng satu liter nya Rp30 ribu. Sebelumnya satu minyak goreng dibeli dengan harga Rp25 ribu.
"Naiknya tinggi sekali. Kalau saya pilih pakai minyak yang sama tapi makanannya yang saya naikkan. Kalau tidak begitu tidak untung," kata dia.
Baca Juga:Daftar Harga Minyak Goreng di Negara Lain, Ini yang Termurah
Pihaknya berharap harga minyak goreng bisa kembali normal seperti tahun lalu. Jika terus naik, laba dari jualannya akan sedikit. Sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sedikit tersendat.