Riwayat Masjid Batu, Berdiri Sejak Era Sri Sultan Hamengku Buwono I yang Sempat Dicap Angker

Bendahara Takmir Masjid Sela, Sunar Wiyadi menerangkan bahwa masjid itu merupakan tempat sembahyang para keluarga Keraton.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 17 April 2022 | 19:39 WIB
Riwayat Masjid Batu, Berdiri Sejak Era Sri Sultan Hamengku Buwono I yang Sempat Dicap Angker
Sejumlah jemaah muslim bergegas pulang usai menjalankan salat dzuhur di Masjid Sela atau Masjid Batu di RT 41/RW 11, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja, Minggu (17/4/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Adzan Dzuhur berkumandang dari pengeras suara di sekitar kalurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja siang itu. Sejumlah anak kecil dan orang dewasa berdatangan masuk ke masjid berpintu hijau lumut tersebut.

Terlihat jelas bangunan masjid bernuansa putih itu sudah berumur cukup lama. Atap masjid bukan genteng pada umumnya tapi masih menyimpan nuansa zaman Keraton Yogyakarta yang masih berkuasa. 

Masjid Sela atau beberapa orang menyebutnya Masjid Batu. Tak ada yang mengetahui pasti mengapa dinamakan Masjid Batu. Namun melihat dari dinding di luar masjid, nampak tumpukan batu yang disusun rapi membentuk tembok masjid. 

Bendahara Takmir Masjid Sela, Sunar Wiyadi menerangkan bahwa masjid itu merupakan tempat sembahyang para keluarga Keraton. Diperkirakan sudah berusia sekitar 235 tahun. 

Baca Juga:Kuburan di Kabupaten Bogor Kelak Tak Lagi Angker dan Horor, Ini yang Akan Dilakukan Pemkab

 Bendahara Takmir Masjid Sela atau masjid batu, Sunar Wiyadi memberi keterangan pada wartawan ditemui di RT 41/RW 11, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja, Minggu (17/4/2022).  [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]
Bendahara Takmir Masjid Sela atau masjid batu, Sunar Wiyadi memberi keterangan pada wartawan ditemui di RT 41/RW 11, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Jogja, Minggu (17/4/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

"Sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I masjid ini sudah berdiri. Biasa digunakan saudara dan keluarga besar Keraton untuk beribadah, jadi bukan untuk umum," ujar Sunar Wiyadi ditemui suarajogja.id, Minggu (17/4/2022). 

Ia menjelaskan dulunya sekitaran masjid adalah komplek perumahan para anggota keluarga Keraton. Berkembangnya zaman, para keluarga ini berpindah dan masjid itu terbengkalai. 

"Tidak ada yang mengurus saat itu. Warga juga memilih beribadah di rumah. Saking tidak pernah terurus, warga memanfaatkan bangunan itu menjadi tempat penyimpanan keranda jenazah," katanya. 

Tidak ada maksud tertentu untuk menempatkan keranda jenazah di masjid yang saat ini sudah menjadi bangunan cagar budaya itu. Pasalnya tempat untuk menyimpan tidak ada sama sekali di komplek rumah warga. 

Sunar Wiyadi mengatakan awalnya memang terkesan angker karena bangunan tak difungsikan untuk ibadah. Selain itu karena terbengkalai, hawa gelap menyelimuti bangunan itu. 

Baca Juga:Viral Toilet Salah Salah Mall di Medan Disebut Angker, Ini Penjelasan Manajemen

Namun karena warga mulai merasakan bahwa untuk beribadah di masjid harus berjalan sangat jauh, mereka memilih bangunan yang ada untuk difungsikan sebagaimana awalnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak