Sambut Hari Kartini, Puluhan Buruh Gendong Fashion Show Berkebaya di Pasar Beringharjo

Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta, Margareta Tinuk Suhartini mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk apresiasi kepada wanita buruh gendong.

Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 20 April 2022 | 19:32 WIB
Sambut Hari Kartini, Puluhan Buruh Gendong Fashion Show Berkebaya di Pasar Beringharjo
Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta, Margareta Tinuk Suhartini memberi keterangan pada wartawan di sela Fashion Show Kartini Beringharjo, di Pasar Beringharjo, Kota Jogja, Rabu (20/4/2022). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Dalam memperingati Kartini tahun ini, Suwarni hanya berdoa tetap diberi kesehatan. Wanita yang menjadi tulang punggung di keluarganya ini bergantung dari pendapatan buruh gendong dan juga toko kecil miliknya di rumah. 

Bukan tanpa alasan ia menjadi pemimpin di dalam keluarga. Pasalnya, suami Suwarni terbaring sakit. Semua kebutuhan hidup hanya bergantung dari tangannya. 

"Suami sakit kadang minta kerja di rumah saja tidak usah ke pasar. Tapi kalau hanya berjualan di rumah tidak banyak yang laku. Karena saya jual gula, teh sama bensin saja," katanya. 

Dua belas tahun bekerja sebagai buruh gendong, pendapatan Suwarni tak menentu. Terkadang Rp50 ribu dalam sehari kadang lebih

Baca Juga:Nyesek Lihatnya! Sudah Sepuh, Nenek Ini Tetap Kerja Jadi Buruh Gendong di Pasar, Banjir Pujian Publik

Pada momen tertentu ia bisa membawa pulang sekitar Rp100-200 ribu. Itu pun bekerja dari pagi hingga Pasar Beringharjo tutup. 

Suwarni tak mempersoalkan dengan pekerjaannya. Meski menjadi buruh gendong, ia tetap bersyukur wanita seperti dia tetap berusaha dan tidak dipersulit dalam segala aktivitasnya. 

"Saya berjuang untuk keluarga, suami sakit, anak-anak juga masih sekolah. Memang saya dibantu dengan KMS selama ini, tapi bagaimanapun saya tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang lain," terang dia. 

Suwarni, satu dari sekian ribu wanita yang menjadi tulang punggung keluarga. Menurutnya tak ada yang perlu dibedakan terkait gender setiap manusia. Meski tanpa bantuan dari suami, ibu dua anak ini masih bisa menopang kehidupan keluarga kecilnya. 

Terpisah, Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta, Margareta Tinuk Suhartini mengatakan bahwa kegiatan ini adalah bentuk apresiasi kepada wanita buruh gendong. 

Baca Juga:Rencana Pasar Legi Diresmikan 20 Januari, Tapi Masih Dikeluhkan Buruh Gendong

"Jadi kenapa kita memilih buruh gendong?, karena mereka punya jasa yang besar di sini. Kita akan bingung jika tidak ada perempuan ini. Mereka wanita tapi mampu bekerja dengan beban yang berat," ujar Margareta. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak