Terdampak Kasus PMK, Pedagang Hewan Ternak di Gunungkidul Terpaksa Banting Harga

Para pedagang atau peternak sendiri banyak yang khawatir untuk membawa hewan ternak mereka ke pasar.

Galih Priatmojo
Jum'at, 17 Juni 2022 | 17:03 WIB
Terdampak Kasus PMK, Pedagang Hewan Ternak di Gunungkidul Terpaksa Banting Harga
aktivitas jual beli hewan ternak di pasar hewan Gunungkidul. [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kian merebak dan terus membayangi aktivitas perdagangan hewan ternak menjelang Hari Raya Idul Adha kali ini. Para pedagang dan pembeli was-was dengan kondisi yang tidak menentu ini.

Para pedagang atau peternak sendiri banyak yang khawatir untuk membawa hewan ternak mereka ke pasar. Karena tak sedikit sapi yang dibawa ke pasar dalam keadaan sehat namun selang beberapa waktu justru terjangkit PMK.

Akibatnya semenjak dibuka kembalu usai ditutup selama 2 pekan, aktivitas pasar hewan di Gunungkidul kembali menggeliat. Kendati demikian, suasana pasar cenderung sepi jauh lebih sepi dibanding ketika ada isu virus antraks.

Edi Susanto, pedagang sapi asal Kapanewon Playen mengaku memang was-was atau takut membawa sapinya ke pasar. Ia kini lebih memilih menyimpan sapinya di kandang daripada dibawa ke pasar. Karena khawatir ketika dibawa ke pasar justru terjangkit PMK.

Baca Juga:Viral Pelajar Kepergok Saat Mesum di Parkiran Masjid Gunungkidul, Ternyata Sudah 3 Kali Melakukan di Tempat yang Sama

"Takut lah bawa hewan ke sini (pasar hewan). Saya sendiri ke sini hanya mau lihat-lihat. Mau beli juga takut,"kata dia, Jumat (17/6/2022) di pasar hewan Siyonoharjo Playen.

Sepinya aktivitas ini juga berimbas pada sepinya transaksi jual beli. Karenanya, para pedagang juga kesulitan mencari pembeli usai semakin merebaknya PMK di Gunungkidul dan juga wilayah lainnya saat ini. 

Imbas lain yang dirasakan adalah turunnya harga jual hewan ternak mereka. Para pedagang kini lebih berpikir untuk cepat menjual dagangan mereka ketimbang memeliharanya lebih lama agar harganya lebih tinggi.

"Sekarang pedagang banting harga. Yang penting cepat laku daripada nanti malah kena PMK,"kata dia.

Edi menambahkan, saat harga sapi di pasaran turun rata-rata Rp 2 juta hingga Rp 6 juta perekor. Kondisi ini berbanding terbalik dengan saat menjelang Idul Adha tahun-tahun sebelumnya yang selalu mematok harga tinggi.

Baca Juga:Penuhi Syarat, 184 Calon Jamaah Haji di Gunungkidul Berangkat 18 Juni

Wawan (42), pembeli sapi asal Mulo, Wonosari juga belum berani membeli sapi. Hari Jumat ini ia hanya datang ke pasar untuk melihat-lihat. Padahal biasanya, ia bisa membeli hingga 3 ekor sapi dalam sekali kunjungan.

"Terus terang saya takut dengan merebaknya PMK ini,"kata dia.

Sebab selain pada kesehatan ternak, penghasilannya pun sebagai pembeli juga ikut terdampak. Ia mengaku juga kesulitan untuk menjual sapi miliknya karena saat ini yang bersedia membeli juga sedikit.

Pengelola Pasar Siyonoharjo di Kapanewon Playen, Isnaning Suindarti juga mengakui jika transaksi di pasar terbesar di Gunungkidul ini juga tergerus isu merebaknya PMK. Saat ini aktivitas jual belinya turun hingga separuhnya.

Baik pembeli maupun pedagang yang datang ke sini turun sampai 50 persen. Ia menilai sepinya kondisi pasar tak lepas dari keresahan pedagang dan pembeli berkaitan dengan PMK. 

" virus penyebab penyakit ini menular begitu cepat dan bisa mengenai ternak yang ada di rumah mereka,"kata dia.

Akibatnya, harga ternak yang diperjualbelikan pun ikut mengalami penurunan cukup signifikan. Bahkan Isnaning menyebut selisih penurunannya bisa sampai Rp 6 juta per ekor untuk jenis sapi.

"Sapi yang ukurannya besar biasanya bisa sampai Rp 30 juta, ini tadi saya tanya harganya sekarang jadi Rp 24 juta," ungkapnya

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak