Kisah Ndalem Mijosastran, Dulu Dibakar Belanda Kini akan Digusur Proyek Tol Jogja-Bawen

Cagar budaya itu kini bersanding dengan lahan proyek tol Jogja-Bawen yang sudah bersih dan rata tanah.

Galih Priatmojo
Selasa, 19 Juli 2022 | 18:44 WIB
Kisah Ndalem Mijosastran, Dulu Dibakar Belanda Kini akan Digusur Proyek Tol Jogja-Bawen
Salah satu sisi Ndalem Mijosastran, cagar budaya yang akan direlokasi karena terdampak proyek tol Jogja-Bawen, saat disambangi, Selasa (19/7/2022). (kontributor/uli febriarni)

Dengan senyum yang tersembunyi di balik maskernya, Wid terkenang saat ia dimomong oleh tukang kayu yang membangun Ndalem Mijosastran.

"Namanya pak Kartorebo. Saya ingat betul dia dulu membangun rumah itu sambil momong saya. Waktu almarhum masih hidup, beliau selalu cerita 'Dulu waktu kamu kecil, saya yang momong'," kenang Wid.

Di dalam rumah mahakarya Kartorebo itu pula, Wid dan tujuh saudara pernah tidur bersama dalam satu amben bambu sederhana. Di salah satu kamar, sisi timur.

Namun spot favorit Wid dari Ndalem Mijosastran adalah pendopo. Bagian yang sarat struktur Jawa kuno dan kerap jadi tempat warga setempat beraktivitas selama ini. Baik itu pengajian, bersih dusun, pelatihan program pemerintah dan lainnya.

Baca Juga:Laga Perdana Tak Mudah, PSS Sleman Tingkatkan Power di Pantai Depok

Demikian juga halamannya yang luas, kerap dimanfaatkan warga sekitar sebagai lokasi beragam kegiatan hingga area parkir.

Belum Sepakat Harga, Pagar Sudah Roboh

Widagdo Marjoyo serta saudara-saudaranya kini hanya bisa menyimpan rasa heran dan menyayangkan.

Beberapa hari lalu, pagar Ndalem Mijosastran yang dibangun pada sekitar 1980 harus hancur terkena alat berat tim proyek tol Jogja-Bawen. Padahal, belum ada kesepakatan harga ganti untung dan teknis relokasi bangunan antara keluarga waris dan tim proyek.

Padahal, tim proyek dan warga sama-sama sudah mengetahui bahwa di area proyek ada yang dinamakan zona hijau dan zona merah. Zona hijau berarti klir dan bisa dibersihkan (land clearing), sedangkan zona merah masih belum bisa dibersihkan.

Baca Juga:Pelatih PSS Sleman Sebut Laga Perdana Liga 1 Tidak Mudah

"Saya nilai itu kecerobohan, proyek sudah meminta maaf. Mereka sempat menawarkan untuk dibangun kembali seperti awal, saya menolak," ungkapnya.

Widagdo Marjoyo, salah satu anak pemilik Ndalem Mijosastran, kala ditemui, Selasa (19/7/2022). (kontributor/uli febriarni)
Widagdo Marjoyo, salah satu anak pemilik Ndalem Mijosastran, kala ditemui, Selasa (19/7/2022). (kontributor/uli febriarni)

Wid mengungkap, ada beberapa poin yang menyebabkan belum adanya kesepakatan harga ganti untung dan teknis relokasi bangunan, antara keluarga pewaris Ndalem Mijosastran dan tim proyek tol.

Walaupun sebetulnya, satu keluarga Mijosastro sudah satu suara untuk persoalan rumah tersebut.

Pada intinya, tidak apa-apa Ndalem Mijosastran dipindahkan, ke lokasi berjarak sekitar 100 meter dari titik awal.  Bahkan rekomendasi dan izin pemindahan bangunan juga sudah terbit dari pihak berwenang.

"Tapi ada kesepakatan yang berubah dari pihak tim proyek. Ada poin yang kami tidak bisa menerimanya. Dulu dengan PPK awal sudah ada kesepakatan, tapi PPK mengalami perubahan, jadi berubah lagi [kesepakatannya]," sesal dia.

Poin-poin itu antara lain belum disepakatinya nilai nominal ganti untung. Keluarga ahli waris ingin proyek mengganti seluruh bagian Ndalem Mijosastran. Sedangkan proyek hanya akan melakukan penilaian appraisal terhadap area terdampak tol saja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak