SuaraJogja.id - Kenaikan harga gandum di pasar dunia tengah menjadi sorotan belakangan ini. Terlebih dengan sejumlah bahan pangan berbahan dasar gandum seperti mi instan di Indonesia yang diprediksi juga akan terdampak mengalami kenaikan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut bahwa kenaikan harga gandum itu menyusul kegagalan panen negara-negara penghasil gandum. Namun, ia memastikan kondisi itu sudah berangsur-angsur membaik dan kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat itu tak akan terjadi.
"Justru menurut saya nanti gandum September akan turun harganya, trennya turun gitu ya. Jadi kalau (harga indomie naik) tiga kali tidak lah," ujar Zulkifli di Pasar Wates, Kulon Progo, Kamis (11/8/2022).
Memang, kata Zulkifli, harga gandum sedikit mengalami kenaikan beberapa waktu lalu. Selain gagal panen, persoalan geopolitik antara Rusia dan Ukraina juga menjadi penyebabnya.
Baca Juga:Harga Mi Instan Tidak Akan Naik Tiga Kali Lipat, Mendag: Harga Gandum Akan Turun
Kendati demikian, ia menyebut harga gandum akan mengalami tren menurun pada bulan depan.
"Bahwa kemarin ada naik sedikit iya. Naik sedikit gara-gara inflasi kita kan 4-5 persen. Jadi naiknya segitu. Tapi cenderung September nanti akan turun lagi," tuturnya.
Diketahui harga gandum melesat akibat perang antara Rusia dengan Ukraina belakangan ini. Berdasarkan data Trading Economics, Rabu (10/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai US$787,51 per gantang.
Harga ini tercatat naik 8,17 persen dari tahun lalu. Karena kenaikan harga itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat pecinta mi instan untuk waspada, karena harganya bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat.
Menurutnya kenaikan harga ini karena terganggunya rantai pasok gandum sebagai bahan utama mi instan imbas perang dagang Rusia-Ukraina.
Baca Juga:Mendag Bantah Harga Mie Instan Naik Tiga Kali Lipat: September Malah Bisa Turun
Ukraina adalah eksportir utama gandum dunia, sehingga perang yang terjadi disana mengakibatkan pengiriman pasokan tersendat.
"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," ujarnya dalam webinar virtual yang dikutip Selasa (9/8).
Tak hanya Syahrul, ancaman kenaikan harga mi juga sebelumnya pernah disampaikan Jokowi pada Kamis (7/8) lalu.
Kenaikan kata Jokowi juga dipicu masalah Rusia dan Ukraina. Jokowi menyampaikan invasi Rusia ke Ukraina sangat mempengaruhi komoditas pangan dunia misalnya saja gandum. Apalagi Indonesia mengimpor gandum dari negara-negara tersebut sebesar 11 juta ton.
"Hati hati yang komoditas pangan dunia naik semua umpamanya gandum. Kita juga impor gandum gede banget 11 juta ton impor gandum kita," ujar Jokowi di Medan, Rabu (7/7).