SuaraJogja.id - Indah Choirunnisa (23) menjadi salah satu mahasiswa yang meraih predikat cum laude dalam wisuda sarjana yang digelar oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu (27/8/2022) lalu. Tak banyak yang tahu bahwa Indah adalah anak seorang loper koran di Gunungkidul.
Indah adalah putri sulung dari pasangan Muryadi Ilyas (52) dengan Giyanti. Sang bapak, Muryadi, adalah seorang loper koran yang biasa mengantar ke kompleks Pemkab Gunungkidul dan sekitarnya. Sementara ibunya, Giyanti, adalah ibu rumah tangga.
Melalui perjuangan panjang, warga Dusun Tawarsari, Kalurahan Wonosari, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini mampu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,65. Hidup prihatin agar tetap kuliah dilakukan oleh Indah.
Ditemui di rumahnya, Indah menyadari berasal dari keluarga yang pas-pasan. Kendati hanya seorang loper koran, tetapi bapaknya telah mati-matian memperjuangkan pendidikannya. Bapaknya tak pernah lelah mencari rejeki dalam kondisi apapun.
Baca Juga:Viral Momen Wisudawan Terbaik UGM Dapat IPK 4, Warganet Ikut Cemas: Tetangga Auto Minder
"Alhamdulillah semuanya berkat Bapak dan Ibu, sehingga saya bisa mencapai seperti ini," tutur Indah, Selasa (30/8/2022).
Indah mengaku tidak malu dengan profesi bapaknya. Bahkan ia sangat bangga dengan kedua orang tuanya, yang telah berhasil mendidiknya hingga bisa seperti sekarang ini. Ia berterima kasih kepada kedua orang tuanya, yang telah berjuang banting tulang.
Selain dididik agama dengan kuat, Indah juga dididik untuk mandiri sejak kecil. Indah diupayakan untuk tidak bergantung kepada orang tuanya. Bahkan ketika TK dan SD, Indah sudah berangkat sendiri ke sekolah dengan jalan kaki.
"Bapak sudah berangkat selepas subuh sementara Ibu sibuk mempersiapkan segala keperluan saya dan adik," tuturnya.
Ketika SMA, sebenarnya ia ragu akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi atau tidak. Ia merasa kasihan dengan kedua orang tuanya karena dipastikan akan terbebani ketika dirinya melanjutkan ke bangku kuliah
Namun atas dorongan orang tuanya, Indah akhirnya turut seleksi. Melalui program beasiswa bidik misi akhirnya ia bisa lolos SNMPTN. Kala itu, awalnya ia diterima di Ekonomi Manajemen UNY. Dia memang sejak SMP menyukai pelajaran Akuntansi.
Namun setelah berjalan 1 semester lebih, ia merasa tidak sreg dengan jurusan tersebut. Dirinya pun mencoba mendaftar SNMPTN kembali di tahun berikutnya. Ia mengambil jurusan Sastra Indonesia di UGM.
"Alhamdulillah diterima. Tetapi sebelum pindah saya tetap tanya ke Bapak Ibuk, boleh ndak. Mereka mendukung kok," ujar dia.
Ia tahu penghasilan orang tuanya sebagai loper koran tidak terlalu besar. Maka ia berusaha mencari penghasilan di sela-sela kuliah. Tujuannya memang untuk membantu orang tua selama kuliah agar tidak terlalu terbebani akan biaya pendidikannya,
Ketika kuliah, Indah mengaku sering menjadi 'joki' tugas-tugas kuliah teman-temannya. Tak hanya itu, ia juga sering menerima jasa pembuatan dan penyelesaian skripsi. Sesekali ia juga menjadi petugas entri data di Badan Pusat Statistik Gunungkidul.
"Saya kan ikut bidik misi. Jadi kuliah gratis dan dapat uang saku setiap bulan. Tetapi untuk kos dan lain-lain kan tidak sedikit, saya tidak ingin terlalu membebani bapak dan ibu," kenangnya.