SuaraJogja.id - Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) meninjau Museum Gunung Merapi (MGM), di Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, September 2022. Dari tinjauan itu, diketahui terdapat sejumlah titik bangunan museum yang rusak.
Dengan demikian, maka Pemerintah Kabupaten Sleman perlu melakukan perbaikan atau rehabilitasi fisik, demi keselamatan pengunjung.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan, setelah mendapatkan tinjauan BPK itu, muncul usulan untuk menutup sementara museum pada 2023, selama masa perbaikan fisik. Kemudian sejumlah perangkat daerah dikumpulkan membahas ini bersama-sama.
"Terkait keselamatan pengunjung dan sebagai bentuk tanggung jawab Pemkab Sleman terhadap MGM, maka bangunan hibah pemerintah pusat itu akan kami perbaiki," kata Danang, Senin (21/11/2022).
Namun, Pemkab tidak akan tinggal diam apabila ada wisatawan yang terlanjur datang ke museum, saat jadwal MGM masih ditutup.
"Kami siapkan untuk akomodasi wisatawan hadir di sana. Di luar museum masih ada area yang bisa dikunjungi, walau tidak bisa masuk ke museumnya. Tapi kami harapkan, untuk sementara waktu, kalau ada pengunjung yang mau ke sana, bisa di-cancel dulu," terangnya.
Danang memperkirakan, rehabilitasi fisik akan memakan waktu lima sampai tujuh bulan. Ia berharap tidak ada kendala dalam proses pengerjaan, sehingga bisa selesai sesuai rencana.
"Ini ketetapan Pemda dari hasil pemantauan BPK, agar bangunan MGM segera direnovasi, terutama atapnya. Maka kunjungan sementara kami tutup 2023 ini, langkah ini berdasarkan evaluasi OPD kami," imbuhnya.
Rehabilitasi juga akan diikuti dengan upaya mengamankan dan menyelamatkan koleksi penting dari museum, selama masa rehabilitasi. Mengingat koleksi museum punya sifat sangat berharga dan memiliki kenangan yang tidak bisa diulang kembali.
Baca Juga:Dukung Ekonomi Kerakyatan Desa, Wakil Bupati Sleman Buka Ngayogjazz 2022 di Cibuk Kidul
Anggaran yang digunakan untuk rehabilitasi fisik MGM, berasal dari dana keistimewaan sejumlah Rp7,5 miliar. Jumlah itulah yang disetujui oleh Paniradya Kaistimewan DIY, dari total dana Rp13 miliar yang diusulkan sebelumnya.
"MGM ditutup untuk aktivitas layanan pengunjung umum. Kalau pegawai, tetap bekerja dengan penjadwalan," ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Sleman, Taupiq Wahyudi mengungkap, dalam sejarahnya, MGM dibangun pemerintah pusat pada 2005-2009. Setelah 10 tahun berjalan, bangunan itu resmi dihibahkan kepada Pemkab Sleman.
Selama rentang waktu 10 tahun masih berjalan, bangunan yang menjadi tanggung jawab Pemkab Sleman pada awalnya adalah bagian belakang, bersama dengan Pemda DIY. Sedangkan bagian depan merupakan aset pemerintah pusat.
"Jadi, selama 10 tahun berjalan itu kami tidak bisa memperbaiki kerusakan apapun yang terjadi di MGM, karena itu bukan aset kami," terangnya.
Dan kini, setelah dihibahkan, maka rehabilitasi menjadi tanggung jawab Pemkab Sleman termasuk anggaran yang dikeluarkan untuk rehabilitasi.
Kebocoran atap harus segera dilakukan, karena sudah merembet dan menyebabkan kerusakan di sejumlah titik lainnya. Selain atap, plafon ruangan juga akan diperbaiki. Kerusakan yang terjadi pada lantai II, kemudian berdampak pada lantai I. Berikutnya, perbaikan dilakukan pada lantai kayu.
"Bahaya kalau kerusakan atap sampai ngebruki (menimpa) pengunjung yang datang. Kalau strukturnya masih kuat, hanya memang harus menghindari jangan sampai ada material jatuh saat kunjungan berlangsung," urainya.
"Jadi intinya, perbaikan dilakukan untuk atap, plafon, lantai kayu. Arsitektur dan desainnya tidak berubah," tandasnya.
Retribusi Wisata Dari MGM Dianggap Nol
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengungkap, awalnya MGM diperuntukkan bagi kegiatan penelitian Geologi. Khususnya terkait pembelajaran aktivitas gunung Merapi untuk akademisi dan peneliti. Tapi setelah dibuka untuk umum, antusiasme masyarakat sangat baik.
Mengingat, di Indonesia, tidak banyak gunung berapi di Indonesia yang sejak dulu sampai sekarang masih aktif dan disertai letusan-letusan kecil. Inilah keistimewaan Merapi, hingga akhirnya museum tersebut berdiri di Kabupaten Sleman.
"Setelah rehabilitasi selesai, MGM akan kembali dibuka untuk kunjungan wisatawan umum," terangnya.
Mengingat kontribusi MGM cukup besar untuk pendapatan retribusi pariwisata, maka pendapatan MGM pada 2023 dianggap Rp0 (nol rupiah), dalam perencanaan APBD 2023.
"Agar tidak mengganggu perencanaan APBD. Ini (rehabilitasi) upaya kami untuk keselamatan pengunjung juga," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid mengaku, tidak akan menganggap hilangnya potensi pendapatan pariwisata dari MGM sebagai kerugian. Karena ini sebuah upaya untuk mewujudkan keselamatan bagi wisatawan saat berkunjung ke MGM.
"Tapi tetap menjadi pekerjaan rumah bagi kami, untuk bisa mencari sumber lain dalam mengantisipasi potensi pemasukan yang hilang, karena penutupan MGM," terangnya.
Ia menyebut, pada 2019 kunjungan MGM mencapai 119.000 sampai 120.000 orang. Pada 2020 ada 38.000 kunjungan. Sedangkan 2021, terjadi penurunan hingga menjadi 11.000 kunjungan saja. Lalu naik lagi pada 2022, tercatat hingga Oktober ada 55.000 wisatawan datang ke MGM.
"Dari total kunjungan wisatawan kawasan Kaliurang-Kaliadem, sebanyak 18 persen itu ke MGM. Maka kami ingin, pada 2023 bisa meningkatkan kunjungan wisatawan, kami akan menggandeng event organizer (EO) untuk menggelar kegiatan di halaman MGM," tuturnya.
"Dengan prediksi jumlah kunjungan sebanyak 150.000 wisatawan pada 2023, potensi retribusi yang hilang kira-kira Rp550 juta," jelasnya.
Kontributor : Uli Febriarni