SuaraJogja.id - Kasus Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang meninggal dunia saat bekerja di luar negeri semakin tinggi. Krisis Center Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat, selama tiga tahun terakhir, jumlah PMI yang meninggal dan dipulangkan ke Indonesia mencapai 1.926 orang.
"Artinya setiap hari kami membawa pulang dua jenasah tenaga migran dengan peti mati ke rumah keluarganya," ujar Sekretaris utama BP2MI, Rinardi disela peluncuran lounge bagi pekerja migran di YIA, Kamis (01/06/2023).
Mirisnya, menurut Rinardi, dari jenasah yang dipulangkan, sebagian PMI tidak memiliki satu ginjalnya. Entah mereka menjual ginjal atau menjadi korban perdagangan organ tubuh manusia.
Kebanyakan jenasah PMI yang tidak memiliki ginjal berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka biasanya merupakan PMI yang sudah bekerja antra 5-10 tahun di sejumlah negara dari jalur non prosedural atau ilegal.
Baca Juga:Bertemu PM Malaysia, Jokowi Tekankan Optimalisasi Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
Kondisi serupa juga terjadi pada PMI di sejumlah daerah. Hanya saja kasus tertinggi berasal dari NTT.
"Sangat miris, saat pulang dalam kondisi sehat maupun yang meninggal, rata-rat ginjalnya hilang satu. Karena mereka menjual ginjalnya atau [jadi korban penjualan] organ tubuh," tandasnya.
Selain meninggal, lanjut Rinardi, sekitar 96 ribu PMI saat ini juga sudah dipulangkan ke Indonesia dalam kondisi terkendala. Mereka yang pergi lewat jalur non prosedural biasanya dalam kondisi sakit akibat depresi, tertekan, mendapatkan kekerasan, penipuan, bekerja tidak sesuai pekerjaan, bahkan tidak digaji oleh majikan.
Persoalan ini terjadi karena mereka terjerat mafia yang memberikan iming-iming gaji besar untuk bekerja di luar negeri. Mereka tidak perlu membuat dokumen sah dan tanpa prosedur yang legal.
"Akibatnya mereka menjadi korban dan diperdagangkan tanpa perlindungan, pulang tanpa bawa apapun sampai ada yang meninggal dunia," tandasnya.
Baca Juga:Viral! Kisah Pilu Dede Asiah Pekerja Migran Asal Karawang 'Dijual' ke Suriah
Rinardi menambahkan, masalah itu semakin diperparah dengan adanya eksploitasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab saat pulang ke Indonesia melalui bandara internasional. Banyak diantara mereka yang dipalak atau dimintai uang dalam jumlah besar untuk bisa pulang ke daerahnya masing-masing melalui penukaran valuta asing dan bus pengantar PMI.
- 1
- 2