Mengenal Sosok Raja Mogok dari Jogja, RM Suryopranoto Sang Bangsawan yang Gigih Berjuang untuk Kaum Buruh

punya gelar bangsawan sekaligus pahlawan, RM Suryopranoto pilih dimakamkan di pemakaman umum bukan di Makam Pahlawan

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 17 Agustus 2023 | 11:20 WIB
Mengenal Sosok Raja Mogok dari Jogja, RM Suryopranoto Sang Bangsawan yang Gigih Berjuang untuk Kaum Buruh
makam RM Suryopranoto. [suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Tampak tak ada yang berbeda di dalam kompleks Makam Gambiran yang terletak di Jalan Gambir Sawit, Pandeyan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Namun jika menelusuri secara seksama ada sebuah petunjuk arah yang bertuliskan makam pahlawan nasional Raden Mas (RM) Suryopranoto.

Lantas siapa sebenarnya sosok RM Suryopranoto tersebut? Jika memang pahlawan nasional kenapa makamnya justru berada di tempat pemakaman umum dan tidak di Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta? 

Namanya mungkin tak setenar Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Namun RM Suryopranoto memiliki perjuangannya sendiri dalam memajukan bangsa Indonesia kala itu. 

pintu masuk makam RM Suryopranoto. [suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]
pintu masuk makam RM Suryopranoto. [suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

Suryopranoto merupakan seorang bangsawan Pakualaman, putra pertama dari KPH. Suryaningrat (putra Paku Alam III) yang lahir pada 11 Agustus 1875 dengan nama kecil RM. Iskandar. Ia merupakan kakak kandung dari Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga:Menyusuri Rumah Sukarni di Jogja: Tempat Diskusi Adam Malik dan Tan Malaka hingga Diserang Bom

Terlahir sebagai bangsawan RM Suryopranoto berkesempatan menempuh pendidikan formal di sekolah rendah Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS). Lulus dari ELS, ia kemudian meneruskan ke Klien Ambtenaren Cursus (Kursus Pegawai Rendah). Hingga akhirnya lulus diterima dan diterima sebagai pegawai pemerintah kolonial.

Sebagai keturunan penguasa, Suryopranoto tak lantas duduk santai menikmati kehidupannya. Ia memilih untuk berjuang membela hak-hak rakyat kecil terutama kaum buruh. Puncaknya adalah ketika ia berurusan dengan pemerintah kolonial Belanda pada 1914.

Tepatnya ketika Suryopranoto mulai protes akibat banyaknya pegawai pribumi yang dipecat secara sepihak oleh pemerintah kolonial akibat bergabung dengan Sarekat Islam. Suryopranoto yang diseret ke pengadilan, nekat merobek ijazahnya dan memilih keluar dari pekerjaannya.

Sejumlah organisasi buruh dibentuknya setelah itu di antaranya Adhi Dharma, Prawiro Pandojo Ing Joedo, hingga Personeel Fabrieks Bond (PFB). Dia juga aktif dalam Sarekat Islam.

Pendirian teguh RM Suryopranoto membuatnya lantas dijuluki sebagai Raja Mogok. Setelah memimpin para buruh melangsungkan aksi mogok kerja dalam memprotes pemerintah kolonial Belanda waktu itu. 

Baca Juga:Malam Bikin Bediding, Siang Sangat Terik di Jogja, Ternyata Ini Penyebabnya

“Sepengetahuan saya bapak RM Suryopranoto itu dulu sebagai pahlawan kaum buruh,” kata Rondiyatni (52), pengurus makam pahlawan RM Suryopranoto ditemui beberapa waktu lalu.

Rondiyatni sendiri merupakan penjaga makam RM Suryopranoto generasi ketiga. 

“Simbah dulu ditunjuk langsung sama Bapak Suryopranoto sendiri. Pesan atau welingnya kalau bisa anak cucu jadi penerus (jaga makam),” imbuhnya.

Makam RM Suryopranoto memang berada dalam satu lingkungan makam umum Gambiran. Posisinya berada di sudut utara makam tersebut dengan membentuk satu kompleks sendiri. 

Dijelaskan Rondiyatni, makam RM Suryopranoto tidak sendirian di sana. Melainkan ada beberapa keluarganya yang juga ditempatkan di kompleks tersebut. Mulai dari sang istri, lima anaknya, adik ipar hingga beberapa cucunya. Sedangkan beberapa anaknya dimakamkan di Jakarta.

“Ini sebelum bapak Suryopranoto meninggal itu kata simbah dulu, membeli tanah trah sokolanggen buat memakamkan istrinya. Sekitar tahun 1950-an. Iya yang meninggal istrinya dulu. Terus selang berapa tahun menyusul bapak Suryopranoto. Delapan putra putri, sudah meninggal semua. Tinggal cucu,” terangnya.

Rondiyatni tak mengetahui secara pasti mengapa RM Suryopranoto memilih untuk dimakamkan terpisah tidak bersama dengan tokoh pahlawan nasional lain. Namun satu hal yang pasti adalah RM Suryopranoto itu memang terkenal tak mau menonjolkan sisi bangsawannya.

“Pokoknya dia itu disebut Raden Mas itu gak mau, maunya Ki Suryopranoto, dia tidak mau memperlihatkan kebangsawanannya. Sehingga membeli tanah sendiri ini,” ucapnya.

“Kalau dari ceritanya simbah, itu (Suryopranoto) ramah, kalau sama orang miskin suka menolong, kan dulu simbah yang pernah ketemu,” sambungnya.

Sosok pahlawan nasional yang tak begitu terdengar serta makamnya yang terpisah membuat tidak banyak orang yang terlalu memperhatikan RM Suryopranoto. Hanya cucu-cucu yang masih tersisa yang kerap mampir untuk berziarah ke makam. Ditambah kemudian beberapa komunitas, serta kunjungan anak-anak sekolah hingga mahasiswa. 

Kendati demikian, kata Rondiyatni, perawatan makam ini tetap dilakukan secara baik. Termasuk dengan mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Setidaknya kompleks makam keluarga RM Suryopranoto itu sudah mengalami pemugaran sebanyak tiga kali.

Pemugaran terakhir terjadi pada tahun 2008 usai bangunan makam tersebut ambruk sebagian dampak dari gempa 2006 silam. Perbaikan dan perawatan sehari-hari itu dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah.

“Saya tiap hari menyapu, ngepel tiga hari sekali. Terus nanti kalau ada genteng yang bocor, atau cat yang udah pudar itu saya laporan ke dinas. Lalu dinas mengirim tukang untuk memperbaiki. Berbagai perlangkapan kebersihan juga dari dinas pusat, Jakarta,” paparnya.

Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Silverio RI Aji Sampurno, menambahkan bahwa sosok RM Suryopranoto memang terkenal dengan kegigihannya memperjuangkan hak-hak pribumi dan para buruh kala itu. Bahkan ia dikenal sebagai sesok yang tak pernah mau menunjukkan sisi kebangsawanannya.

Makam RM Suryopranoto. [suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]
Makam RM Suryopranoto. [suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

Hal itu juga yang disinyalir membuat RM Suryopranoto memilih membeli tanah pemakaman sendiri. Tidak dimakamkan bersama dengan pahlawan-pahlawan lainnya.

"Memang karena sejak awal dia tidak mau disebut sebagai bangsawan. Ssehingga dia memilih dimakamkan di tempat umum," kata pria yang akrab disapa Rio itu.

Julukan raja mogok itu juga diterima Suryopranoto atas berbagai aksinya mengakomodir aksi mogok kerja para buruh pada masa pemerintahan kolonial. Sehingga meskipun berasal dari kaum bangsawan, Suryopranoto tak pernah berjarak dengan rakyat kecil serta buruh.

"Iya pro kepada rakyat kebanyakan. Itu terlihat ketika dia menjadi pegawai pertanian di Bogor itu sudah mulai ketimpangan. Sehingga dia tidak sepakat untuk ada perbedaan itu. Lebih kepada (ketimpangan) antara pribumi dan kolonial," tuturnya. 

Suryopranoto merupakan seorang tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia yang tak ragu untuk mengorbankan derajat dan martabatnya sebagai seorang bangsawan. Ia aktif dalam perjuangan dalam memperbaiki nasib buruh dan membebaskan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda.

Hingga akhir hayatnya diketahui RM. Suryopranoto terus aktif dalam dunia pendidikan dan kepenulisan. Dia meninggal dunia pada 15 Oktober 1954 dalam usia 88 tahun di Cimahi, Bandung, Jawa Barat. 

Untuk menghargai jasa-jasanya RM Suryopranoto diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional Republik Indonesia. Keputusan itu tertuang dalam Keputusan Presiden RI tanggal 30 November 1959, Nomor: 310 Tahun 1959. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1960, Presiden Soekarno menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Tingkat II kepada Almarhum R.M. Suryopranoto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak