SuaraJogja.id - Briptu Muhammad Kharisma, dituntut hukuman penjara selama 3 tahun 6 bulan dikurangi dalam tahanan. Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga membebankan terdakwa yang mengakibatkan Aldi Apriyanto meninggal dunia untuk membayar restitusi kepada keluarga korban sebesar Rp197 juta juga membayar biaya perkara Rp 2.500.
Tuntutan tersebut dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah Widha Sinulingga, SH. MH dalam sidang dengan majelis Hakim diketuai oleh Annisa Noviyati, S.H., M.H.Li, Anggota Iman Santoso, S.H., M.H dan I Gede Adi Muliawan, SH. M.Hum, Kamis (16/9/2023) di Pengadilan Negeri (PN) Wonosari.
Sidang sendiri dilaksanakan semi Hibrid di mana majelis hakim, Jaksa Penuntut Umum dan Kuasa Hukum berada di ruang sidang PN Wonosari. Sementara terdakwa berada di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas 2 A Wonosari.
Pelaku Diganjar dengan Pasal 359 KUHP dan 360 KUHP
Dalam sidang tersebut nampak pula keluarga korban, rekan korban dalam PSHT serta juga kuasa hukum PSHT. Mereka sudah datang sejak pagi karena jadwal semula yang mereka ketahui adalah pukul 10.00 WIB namun baru dimulai pukul 14.30 WIB karena diundur.
Pasal yang disangkakan kepada terdakwa adalah pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP. Tuntutan tersebut mereka terapkan setelah mendengar 8 keterangan para saksi dari warga dan pihak keluarga, 2 saksi meringankan terdakwa dan 2 saksi ahli.
Jaksa menilai perbuatan terdakwa telah memenuhi seluruh unsur pada Pasal 359 dan 360 KUHP sebagaimana dalam dakwaan kesatu penuntut umum. jaksa juga membebankan kepada terdakwa untuk membayar restitusi kepada keluarga korban Aldi Aprianto.
"Membebankan Restitusi sebesar Rp197.636.500,00 sebagaimana surat keputusan LPSK, di mana memang melibatkan LPSK dalam kasus ini," kata JPU.
Hal yang memberatkan terdakwa, menurut jaksa, antara lain perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa seseorang, menimbulkan kesedihan mendalam bagi keluarga korban, serta membuat keresahan di tengah masyarakat.
Sementara hal yang meringankan adalah terdakwa bersikap sopan selama jalannya persidangan dan mengakui serta perbuatannya. Selain itu, jaksa menyebut Briptu M. Kharisma belum pernah dihukum.
Usai pembacaan tuntutan, majelis hakim memberi kesempatan kepada kuasa hukum untuk mengajukan pembelaan selama sepekan. Sehingga sidang ditunda hingga tanggal 21 September 2023 yang akan datang.
Kemudian, 3 hari kemudian Majelis hakim bakal meminta JPU menyusun jawaban. Setelah itu majelis hakim juga bakal memanggil LPSK sebagai saksi karena ada tuntutan restitusi dari JPU yang baru saja dibacakan.
Majelis hakim juga meminta kepada JPU untuk mempercepat penyusunan jawaban nanti usai sidang pledoi. Sebab, pemahaman terdakwa bakal berakhir pada tanggal 21 Oktober mendatang. Sehingga majelis hakim menargetkan maksimal vonis bakal mereka lakukan tanggal 11 Oktober mendatang.
Usai sidang, nampak ibu korban sangat terpukul. Sembari menangis, ibu korban berjalan gontai dituntun oleh anak dan menantunya. Ibunda korban nampak sangat terpukul dengan peristiwa tersebut.
Tuntutan Sesuai Harapan
Salah seorang perwakilan keluarga korban, Wahyudi ketika dimintai komentar terkait tuntutan JPU kepada terdakwa menilai belum sesuai harapan. Pihak keluarga menilai tuntutan tersebut masih terlalu rendah dari bayangan mereka.
"Kami berharap Briptu M. Kharisma bisa dihukum maksimal. Ya sebenarnya masih kurang, karena kami harap itu lebih. Tapi, karena pasal yang diberikan ke tersangka (terdakwa) mungkin itu jadi ya kami menghormati," kata Wahyudi selepas sidang.
Mengenai restitusi yang dibebankan kepada terdakwa, Wahyudi menuturkan angka tersebut sudah dihitung secara seksama oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mempertimbangan kerugian yang dialami keluarga sepeninggal korban.
Dia menyebut jika selama ini korban adalah tulang punggung keluarga. Semua kebutuhan keluarga dipenuhi oleh korban karena memang ayah korban sudah sakit-sakitan.
Tak hanya itu, akibat dari kematian korban, ayah korban yang sakit akhirnya meninggal dan ibunya tinggal sendiri. Ibunya kini menjadi tulang punggung keluarga dan harus menanggung hidup keluarganya sendirian.
"Harapan kami (restitusi) juga terpenuhi. Karena korban itu sebagai tulang punggung keluarga, " pungkasnya.
Lalai Saat Menenteng Senjata
Seperti diberitakan sebelumnya, Briptu MK sebelumnya oleh penyidik Polda DIY telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan kelalaian. Senjata yang dibawanya secara tak sengaja meletus dan menewaskan seorang pemuda bernama Aldi Aprianto di tengah acara konser musik yang digelar di Wuni, Nglindur, Girisubo, Minggu (14/5) malam.
Polisi menyebut, Briptu MK mulanya hendak menengahi sebuah keributan antarpenonton di acara konser musik tersebut sekitar pukul 23.00 WIB. Kemudian, dari atas panggung Briptu MK meminta senjata api yang dibawa oleh rekannya sesama anggota Polri, yakni Satyo Ibnu Yudhono selaku saksi. Alasannya, demi mengamankan senjata tersebut karena Setyo masih lebih junior ketimbang Briptu MK.
Saat menyerahkan senjata tersebut, saksi menjelaskan dengan kode bahwa senapan tersebut dalam keadaan terisi. Briptu MK lalu mengangguk sebagai tanda mengerti kondisi senapan laras panjang tersebut.
Ketika Briptu MK menunduk untuk menegur salah seorang penonton, senjata tersebut tanpa sengaja meletus hingga mengenai Aldi. Hasil penyidikan kemudian mendapati senjata yang dibawa Briptu MK saat itu dalam kondisi terkokang dan tidak terkunci. Tangan Briptu MK tanpa sengaja menekan pelatuk dan senjata pun meletus mengenai korban.
Akibat tembakan itu, korban meninggal dunia. Berdasarkan visum oleh rumah sakit, korban mengalami luka tembak bagian punggung atas atau tengkuk. Peluru tembakan menembus dari bahu kanan ke dada sela iga.
Kontributor : Julianto