SuaraJogja.id - Hidup di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tak sepenuhnya penuh tekanan. Bahkan orang yang tersangkut perkara pidana diarahkan untuk berubah lebih baik. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu warga binaar berinisial VR. Untuk diketahui VR merupakan mantan selebgram yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIB Yogyakarta yang berada di Wonosari, Gunungkidul.
VR dibui selama 2 tahun karena telah menerima endorse judi online. Sudah 10 bulan dia berada di dalam Lapas dan sedang mengajukan proses pembebasan bersyarat. Perempuan ini tak menyangka jika di dalam Lapas ternyata masih beraktifitas seperti kebiasaan sebelumnya.
Meski di dalam Lapas, namun dia masih tetap bisa melakukan perawatan kecantikan. Dia masih bisa memakai make up, menggunakan skincare ataupun menu wajib bagi perempuan yang ingin tampil cantik. Bahkan dia justru bisa menikmati perawatan gigi gratis di dalam Lapas.
"Kami masih bisa beraktivitas seperti biasa dan justru teratur, yang tidak bisa ya hanya keliling-keliling naik motor atau mobil. Di sini kami masih bisa belanja ataupun cari duit," kata dia, Minggu (19/11/2023).
Baca Juga:Lagi, Dukuh di Gunungkidul Didemo karena Tuduhan Selingkuh
"Ternyata di dalam Lapas [Perempuan] itu juga cantik-cantik ya," tambah perempuan 25 tahun ini.
Kepala LP Perempuan Kelas IIB Yogyakarta Evi Loliance mengakui Lapas Perempuan saat ini jauh berbeda dengan yang dulu. Saat ini, Lapas dibangun dan dikemas pengelolaannya sesuai dengan standar Kemenkum HAM yang tentu mengacu pada pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).
"Kami melakukan bimbingan kepribadian dan kemandirian untuk teman-teman warga binaan," tutur dia
Saat ini, setidaknya ada 199 warga binaan yang berada di Lapas Perempuan tersebut dan sembilan di antaranya adalah dari luar negeri. Di mana 50 persennya adalah warga binaan karena terseret kasus narkoba. Dan sisanya adalah berbagai kejahatan lainnya mulai dari terjerat UU ITE, open BO hingga skimming.
Bimbingan kepribadian, jelas Evi, lebih banyak kepada bimbingan kerohanian di mana pengelola Lapas Perempuan berusaha keras agar warga binaan bisa lebih baik dan tidak kembali terjerat kriminalitas.
Untuk program kemandirian, warga binaan memang diajari bagaimana mereka berwirausaha. Para warga binaan ini bakal mendapat pembelajaran di Balai Latihan Kerja (BLK) sesuai dengan minat mereka. Mulai dari membatik, membuat sibory dan berbagai kerajinan lainnya.
"Nah karya mereka kami jual dan hasilnya kita kembalikan ke mereka setelah dikurangi pajak dan juga modal bahan mereka. Rata-rata satu orang di dalam sini itu bisa dapat Rp1 juta perbulannya," terang dia.
Mary Jane, terpidana mati asal Filipina ini menjadi warga binaan dengan penghasilan paling tinggi. Karena batik karyanya sangat diminati di pasaran, bahkan sudah tembus ke mancanegara. Batik karya Mary Jane banyak diburu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Perbulan, batik karya Mary Jane mampu terjual sekitar 8-10 lembar. Dengan harga rata-rata antara Rp600 - 800 ribu per lembar kain batiknya. Hal ini menjadi penyemangat bagi warga binaan lain untuk tetap berkarya meski berada di dalam penjara.
Selain fasilitas beribadah, di dalam Lapas juga ada fasilitas atau klinik kesehatan yang biasa dimanfaatkan oleh warga binaan. Selain dokter umum, klinik ini juga menyediakan dokter gigi serta layanan psikiater bagi warga binaan.
Perhari, rata-rata kunjungan di poli umum klinik tersebut cukup tinggi. Karena setiap hari rata-rata ada 20-30 warga binaan yang memeriksakan diri ke Klinik ini. Menurutnya wajar karena memang ada warga binaan yang umurnya sudah tidak muda lagi.
Dan khusus dokter gigi, peminatnya cukup tinggi. Karena warga binaan ini justru sering memanfaatkannya karena ingin selalu terlihat bersih dan cantik. Bahkan untuk urusan sepele seperti membersihkan karang gigi, warga binaan ini sering datang ke klinik.
"Jadi manja, kayak aji mumpung gitu. Sedikit-sedikit periksa gigi," terangnya.
Kontributor : Julianto