SuaraJogja.id - Nama politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando tengah ramai diperbincangan usai menyinggung politik dinasti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pernyataannya itu membandingkan tudingan kepada Keluarga Joko Widodo yang dinilai membangun dinasti politik dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
Lantas bagaimana pengaruh polemik itu kepada perolehan suara PSI di DIY pada Pemilu 2024 mendatang? Pakar politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi tak menampik efek elektoral pasti akan dirasakan.
"Efek elektoral ada, jika sekarang misalnya disurvei tentu itu berpengaruh ya. Apalagi cukup banyak masyarakat yang sebenarnya terganggu dengan statement itu," kata Arya saat dihubungi, Selasa (5/12/2023).
Berdasarkan riset yang telah dia lakukan sebelumnya terkait dengan Obedient Liberals di Jogja. Sebanyak 75 persen masyarakat Kota Gudeg itu memang setuju dengan konsep pemerintahan yang ada sekarang.
Baca Juga:Protes Ade Armando, Paman Usman Geruduk Kantor PSI DIY
Sehingga keistimewaan Yogyakarta bukan sekadar itu menjadi konsensus politik melalui undang-undang keistimewaan di antara elit DPRD, Keraton maupun elit pemerintahan. Melainkan, kata Arya, bukti ternyata di akar rumput warga DIY juga mayoritas setuju dengan konsep itu.
"Jadi berdasarkan data itu, jika ada tokoh atau elit politik atau misalnya pegiat sosial media seperti misalnya Ade Armando yang secara konfrontatif berbicara terkait dengan preferensi politik pemerintahan di Jogja tentu itu ada efek elektoralnya," ungkapnya.
"Secara umum logicnya efek elektoral terjadi karena memang basis preferensi politik warga terharap keistimewaan Jogja memang seperti itu," imbuhnya.
Belum lagi dengan sosok Ade Armando yang sudah bukan lagi hanya dikenal sebagai buzzer atau pegiat sosial media. Melainkan juga telah dikenal sebagai politisi PSI.
Sehingga akan sulit melepaskan pernyataan Ade Armando itu dari statusnya sebagai politisi PSI. Walaupun hal itu telah diungkapkan Ade melalui permintaan maafnya.
Baca Juga:Ramai Pernyataan Ade Armando soal Dinasti Politik DIY, Gus Hilmy: Ngawur dan Ahistoris
Efek elektoral itu memang tak dapat dipungkiri, namun justru yang menjadi perhatian Arya adalah seberapa besar dampak itu akan dirasakan. Ia menduga efek dari pernyataan Ade Armando itu tak akan terlalu besar.
"Dugaan saya tidak terlalu tinggi (dampaknya) karena PSI sendiri sejak awal memang tidak kuat. Jadi jika menggunakan data pemilu yang lalu, ya dia gak lolos threshold 4 persen ya. Angkanya berada di rentang 1-3, bahkan di data survei itu datanya dari 0 koma sampai maksimal 2 persen," terangnya.
"Berdasarkan basis elektoral yang tidak kuat maka gempurannya juga saya pikir ya mungkin medium, bukan ringan juga bukan langsung angka 0 juga tapi medium," imbuhnya.
Arya menyebut dengan masa kampanye yang masih panjang justru PSI dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengoreksi diri menampilkan politik yang lebih berbeda. Baik langsung oleh sang Ketua Umum Kaesang Pangarep maupun politisi PSI lainnya.
Menurutnya PSI sudah memiliki mitigasi elektoral untuk penanggulangan pernyataan dari Ade Armando itu. Hal itu yang kemudian akan digunakan dalam sisa masa kampanye nanti.
"Saya pikir ada mitigasi elektoral yang digunakan teman-teman PSI, sehingga itu mereduksi efek-efek merusak dari statement Ade Armando terhadap simpatisan PSI," tandasnya.