5 Fakta Unik Tentang Jamaah Aolia di Gunungkidul yang Sudah Menggelar Sholat Tarawih

Jamaah Aolia di Gunungkidul, Rabu (6/3/2024) malam telah melaksanakan sholat tarawih lebih dulu dibanding Muhammadiyah, NU maupun Arab Saudi.

Galih Priatmojo
Kamis, 07 Maret 2024 | 11:16 WIB
5 Fakta Unik Tentang Jamaah Aolia di Gunungkidul yang Sudah Menggelar Sholat Tarawih
Suasana salat tarawih jamaah Aolia menjelang Ramadan yang dihelat di Masjid Padukuhan Panggang III, Kalurahan Giriharjo, Kalurahan Panggang Gunungkidul, Rabu (6/3/2024) malam. [Kontributor Suarajogja.id/ Julianto]

SuaraJogja.id - Beda dengan Muhammadiyah dan NU bahkan Arab Saudi, jamaah Aolia yang berpusat di Gunungkidul sudah melaksanakan sholat tarawih sebagai tanda awal dimulainya ibadah puasa Ramadhan.

Bertempat di masjid yang sekaligus kediaman Imam Jamaah Aolia, HK Ibnu Hajar Pranolo, puluhan jamaah Aolia menggelar sholat tawarih pada Rabu (6/3/2024) malam.

Lalu siapa sebetulnya jamaah Aolia ini? Berikut faktanya.

Terbentuk 1983

Baca Juga:Pinjamkan Sertifikat Tanah ke Orang Lain, Warga Semanu Ketipu hingga Kehilangan Rumah Miliknya

Putra ketiga pengasuh Jamaah Aolia yakni Musa Assiqbillah beberapa waktu lalu menjelaskan jamaah Aolia sudah ada sejak lama dan tersebar di wilayah Jateng dan DIY.

Jamaah ini terbentuk sejak tahun 1983.

Musa menjelaskan jamaah Aolia bukanlah organisasi tetapi jamaahnya menganut aliran Ahli Sunah Wal Jamaah.

Tersebar di 10 Titik

Musa menjelaskan bahwa jamaah Aolia tersebar di berbagai daerah terutama di Jawa Tengah dan DIY.

Baca Juga:Soal Aksi Bullying Siswa Difabel, Polres Gunungkidul Sarankan Diselesaikan secara Kekeluargaan

Untuk di DIY kebanyakan berpusat di Gunungkidul terkhusus di wilayah Panggang.

"Di kecamatan Panggang ada sekitar 10 titik," terangnya.

Mbah Benu Pemimpin Kharismatik Jamaah Aolia

Dikutip dari Channel YouTube Raden Arya Pradana, Mbah Benu memiliki nama asli Ibnu Hajar Gagak Pranolo.

Ia dipercaya merupakan keturunan dari tokoh berpengaruh di Jawa Tengah.

"Kalau diurutkan saya urutan ke-9 dari Gagak Pranolo I," terang Mbah Benu.

Sementara itu menurut Musa yang merupakan keturunan Mbah Benu mengungkapkan sang ayah memeroleh keilmuannya secara laduni yang turun tiba-tiba lewat bimbingan para mursyid atau guru lainnya seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro yang dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten.

Lebih lanjut, Musa menyebut Mbah Benu pernah mondok atau nyantri di sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah.

"Ia pernah mondok di Pesantren Mbulus serta pesantren di daerah Maron Purworejo," imbuhnya.

Ajaran Islam yang dianut Jamaah Aolia

Masih dari penuturan Musa, ajaran Islam yang diejawantahkan oleh para jamaah Aolia dibedakan menjadi dua yakni ilmu kasbi dan ilmu laduni.

Ilmu Kasbi diperoleh manusia dari usaha melalui belajar dan melakukan percobaan.

Sedangkan ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang.

Masjid Hadap ke Selatan

Jamaah Aolia memiliki satu masjid unik yang letaknya berada di tepi pantai Ngobaran, Gunungkidul.

Beda dari masjid pada umumnya, masjid ini tempat imamnya menghadap ke selatan tepat ke arah laut lepas.

Menurut penuturan warga sekitar, posisi itu berkenaan dengan kisah Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Majapahit.

Tapi meski tempat imamnya mengarah ke selatan, umat muslim yang melaksanakan sholat di masjid Aolia tersebut tetap menghadap ke kiblat sesuai tuntunannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini