SuaraJogja.id - Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman bergerak cepat mengantisipasi penyebaran antraks terhadap hewan ternak di wilayahnya. Salah satunya dengan melakukan pengawasan terhadap lalu lintas keluar masuk ternak.
Diketahui DP3 Sleman telah mengungkap temuan kasus positif antraks pada ternak di wilayahnya. Temuan ini menyusul laporan uji lab dari sampel darah ternak mati di Padukuhan Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan.
"Saya sudah minta teman-teman di poskeswan, karena kita enggak punya petugas khusus yang untuk ngawasi itu. Ya kita minta terutama yang dari Kalinongko Lor, Kalinongko Kidul ya tidak ada ternak keluar dulu sementara. Diimbau diawasi yang tentu koordinasinya sama wilayah, Pak Dukuh, atau Pak Lurah," kata Kepala DP3 Sleman, Suparmono saat dihubungi, Jumat (15/3/2024).
Sejak hasil lab sampel darah keluar pada 8 Maret 2024, DP3 Sleman langsung melakukan penyidikan epidemiologi (PE) atau investigasi. Serta pemberian obat kepada masyarakat Kalinongko Kidul yang ikut dalam proses penyembelihan dan mendapat paket daging dari ternak yang disembelih.
Baca Juga:Gerah Antraks Terus Berulang, Sri Sultan HB X Minta Warga Hentikan Tradisi Brandu
Pada saat itu juga secara bersama dilakukan Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE) kepada warga Kalinongko Kidul, Gayamharjo. Intinya, kata Suparmono, untuk segera melaporkan setiap kasus kejadian ternak sakit atau mati kepada petugas kesehatan hewan.
"Penanganan terhadap ternak yang ambruk atau mati untuk tidak disembelih. Serta memastikan untuk sementara waktu tidak ada ternak yang keluar atau masuk ke wilayah Kalinongko Kidul, Gayamharjo," ujarnya.
Tim Pusat Kesehatan Hewan Prambanan juga telah melakukan desinfeksi di lingkungan kandang ternak yang bersangkutan di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan.
Selain itu, pihaknya bersama Pusat Kesehatan Hewan Prambanan dan Tim Gegana Polda DIY mengambil dan memusnahkan daging yang masih disimpan oleh warga Kalinongko Kidul. Daging itu selanjutnya dibakar dan disiram menggunakan formalin.
"Untuk kemudian dikubur dan disemen serta diberi tulisan kuburan daging antraks. Selain itu juga dilakukan pendataan ternak di wilayah RT. 05 untuk persiapan pengobatan ternak," terangnya.
Baca Juga:Satu Orang Meninggal Dunia, 53 Warga DIY Suspek Antraks
Tim Balai Besar Veteriner Wates juga telah melakukan penandaan pada lokasi kejadian. Baik lokasi kematian, lokasi penyembelihan, lokasi pengulitan dan pemotongan daging, serta penguburan daging.
Mulai dari zona merah yang menjadi titik kasus terjadi dan semua area pendistribusian daging. Kemudian zona kuning adalah area yang berbatasan dengan zona merah dan masih memiliki resiko penularan serta zona hijau adalah area yang tidak memiliki resiko penularan.