SuaraJogja.id - Duka menyelimuti dunia sastra Indonesia. Salah satu sastrawan, sang Penyair, Joko Pinurbo baru saja menghembuskan napas terakhirnya pada Sabtu (27/4/2024) pagi.
Saat ini jenazah masih disemayamkan di PUKY Sonosewu, Bantul. Selain keluarga dan sanak saudara, rekan dan tetangga rumah mendiang Jokpin pun mulai berdatangan.
Sang istri, Nurnaeni Amperawati Firmina yang ditemui di lokasi masih dilingkupi kesedihan mendalam usai kepergian suaminya. Ia didampingi putranya Paskasius Wahyu Wibisono menerima para tamu yang datang.
Tak banyak kata yang bisa diungkapkan Nurnaeni untuk mengenang Joko Pinurbo. Sosok yang sederhana, itu setidaknya yang bisa dideskripsikan Nurnaeni ketika ditanya mengenai suaminya.
"Jangan ditanya berat-berat saya gak bisa," kata Nur sambil terisak.
"Tapi saya mengenalnya paling tidak sebagai pribadi yang sederhana, tidak neko-neko [macem-macem]," imbuhnya.
Nur menyebut Jokpin sudah dilarikan ke rumah sakit pada Kamis kemarin. Saat itu sang suami merasakan keluhan sesak.
"Hari kamis [masuk rumah sakit], ya pokoknya sesek," ucapnya.
Berdasarkan pantauan SuaraJogja.id di lokasi, jenazah baru tiba di PUKY Sonosewu pukul 09.45 WIB. Jenazah kemudian langsung dimandikan oleh pihak keluarga.
Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin itu meninggalkan
istri Nurnaeni Amperawati Firmina dan dua anak yakni Paskasius Wahyu Wibisono dan Maria Azalea Anggraeni. Serta menantu Alexander Gilang Samudra Rajasa dan dua cucu.
Berdasarkan informasi yang beredar jenazah akan dimakamkan pada Minggu, 28 April 2024 besok di Pemakaman Demangan Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Rencananya akan berangkat dari PUKY pukul 10.00 WIB.
Hanya sejumlah keluarga dan sanak saudara yang sudah hadir untuk mempersiapkan misa yang rencananya dilaksanakan pada sore nanti.
Sebagai informasi, Joko Pinurbo yang juga dikenal dengan nama Jokpin merupakan penyair ternama di Indonesia.
Joko Pinurbo sendiri adalah sastrawan yang lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa Barat. Dalam kariernya, Joko Pinurbo lama tinggal di Jogja.
Sastrawan yang cukup terkenal dengan ikon-ikon di Jogja ini menciptakan sejumlah puisi indah, di antaranya, Celana (Magelang: Indonesia Tera, 1999; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018), Pacar Senja (Jakarta: Grasindo, 2005), Surat Kopi (Motion Publisihing, 2014; Jakarta: Grasindo, 2019), Baju Bulan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), Bulu Matamu: Padang Ilalang (Motion Publisihing, 2014; Yogyakarta: Diva Press, 2019) dan masih banyak lainnya.
Joko Pinurbo juga menelurkan sejumlah esai seperti Bermain Kata, Beribadah Puisi (Yogyakarta: Diva Press, 2019) dan juga Berguru kepada Puisi (Yogyakarta: Diva Press, 2019).
Atas pencapaiannya, Jokpin telah memperoleh berbagai penghargaan: Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).