Dukung BKKBN Soal Rata-rata Keluarga Lahirkan Satu Anak Perempuan, Menkes Singgung Soal Pertumbuhan Ekonomi

Budi mendukung upaya dari BKKBN untuk melakukan kontrol terkait dengan angka kelahiran. Agar tidak terlalu banyak namun juga tak berada di bawah rata-rata.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 06 Juli 2024 | 22:27 WIB
Dukung BKKBN Soal Rata-rata Keluarga Lahirkan Satu Anak Perempuan, Menkes Singgung Soal Pertumbuhan Ekonomi
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Kementerian Kesehatan memberikan dukungan kepada program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait rata-rata keluarga bisa melahirkan satu anak perempuan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Menurut Budi, kini juga sudah banyak negara yang mulai menaruh perhatian terkait dengan hal tersebut. Pasalnya tingkat kelahiran atau total fertility rate yang terus menurun dapat berpengaruh kepada Gross Domestic Product (GDP) sebuah negara.

"Oh kita mendukung sekali karena kita melihat, setiap kali ada meeting G7, G20 banyak kepala negara sekarang concern (khawatir) karena penduduknya menua, tidak produktif dan populasinya menurun. Sehingga negaranya tidak bisa tumbuh, GDP-nya itu ndak bisa tumbuh di atas 4 persen per tahun," ungkap Budi ditemui di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Sabtu (6/7/2024).

Oleh sebab itu, Budi mendukung upaya dari BKKBN untuk melakukan kontrol terkait dengan angka kelahiran. Agar tidak terlalu banyak namun juga tak berada di bawah rata-rata. 

Baca Juga:Ormas 'Dijebak' Masuk Dunia Hitam Tambang? Pengamat: Jokowi Keliru Beri WIUPK!

Apalagi pertumbuhan penduduk yang seimbang ini memiliki kaitan erat dengan perekonomian suatu negara. Sehingga untuk Indonesia sendiri masih membutuhkan masyarakat dengan usia produktif yang cukup tinggi.

"Jadi kalau kita masih mau ngejar supaya kita jadi negara maju, butuh pertumbuhan GDP yang cukup tinggi. Nah jumlah usia produktif itu masih perlu tinggi dan itu itung-itungan beliau (BKKBN), total fertility rate-nya harus di angka 2,1 lah, minimal," ujarnya.

"Kalau udah turun di bawah itu, kita belum jadi negara maju, itu akan lebih sulit momentum kita untuk capai ke sana," imbuhnya.

Kemenkes sendiri, kata Budi, tak tinggal diam untuk membantu mewujudkan hal tersebut. Dari sisi kesehatan, pihaknya memastikan untuk menjaga mulai dari kesehatan ayah dan ibu.

"Kita dukungan, yang penting bapak ibunya sehat, dan kalau udah menikah ya punya anak lah. Jangan terlalu tua juga punya anaknya," tandasnya.

Baca Juga:Pakar Ekonomi UGM Sebut Pemilu Tak Berdampak Signifikan Bagi Perekonomian Masyarakat, Ini Sebabnya

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo berharap rata-rata satu perempuan mempunyai satu anak perempuan. 

Hal itu, disampaikan Hasto, bertujuan untuk menjaga agar pertumbuhan penduduk tetap seimbang. Apalagi hal ini berkaitan dengan angka kelahiran atau total fertility rate yang menurun di sejumlah daerah.

Pasalnya di sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Bali bahkan Jogja angka kelahiran sudah berada di bawah 2. Dia mengakui penurunan itu mencapai angka ideal (minimal) karena dua anak yang dilahirkan akan menggantikan orang tuanya.

"Ya salah satu yang harus kita hadapi itu kan bonus demografi kan menutup lebih cepat. Jadi maksudnya, kita ini kan punya kesempatan kaya, negara dan masyarakat punya kesempatan pendapatan perkapita naik cepat, kapan punya kesepatan pendapatan perkapita naik pesat, pada saat yang muda-muda itu jauh lebih banyak dibandingkan lansia," ujar Hasto.

Dia menyebut pada 2035 mendatang angka lansia sudah jauh lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak muda. Sehingga itu yang harus menjadi perhatian semua pihak.

"Sementara lansia tahun 2035 ke sana itu umumnya lansia yang pendidikannya rendah, ekonomi rendah, karena lansia-lansia ini seusia saya ke atas," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini