Modal Kerja Habis Jadi Penyebab PT Primissima Tak Bisa Bayar Gaji para Karyawan

"Nah pensiun dibayar sekaligus oleh perusahaan sampai 3 tahun itu Rp40 miliar keluar untuk bayar pesangon".

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 11 Juli 2024 | 14:24 WIB
Modal Kerja Habis Jadi Penyebab PT Primissima Tak Bisa Bayar Gaji para Karyawan
Direktur Utama PT Primissima, Usmansyah. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

SuaraJogja.id - Direktur Utama PT Primissima, Usmansyah mengungkap bahwa perusahaan milik BUMN itu sudah tidak mempunyai modal kerja lagi. Hal itu yang membuat pabrik tekstil tersebut tak mampu membeli bahan baku dan membayar kebutuhan operasional.

"Kebutuhan utama Primissima adalah modal kerja. Kita sekarang ini betul-betul enggak ada modal kerja. Sudah mulai 2020 berhenti modal kerja enggak ada," kata Usmansyah, kepada awak media, Kamis (11/7/2024).

Usmansyah mengungkap sebenarnya sudah persoalan terkait modal kerja sudah mulai dirasakan perusahaan sejak 2011. Namun saat itu kesusahan modal kerja belum separah sekarang.

"Jadi waktu itu masih kekurangan modal kerja itu puncaknya 2013, itu sudah mulai down banget," ucapnya.

Baca Juga:PT Primissima Luruskan Soal 15 Karyawan yang Kena PHK, Begini Faktanya

Pandemi Covid-19 sendiri sebenarnya tidak menjadi masalah berarti bagi perusahaan. Pasalnya permintaan pasar tetap tinggi kepada Primissima.

Namun akibat modal kerja yang tidak ada membuat produksi akhirnya bermasalah. Usut punya usut, keuangan perusahaan mulai tak sehat setelah salah langkah terkait kontrak jangka panjang untuk impor kapas.

"Ada banyak hal [penyebab modal kerja habis] yang paling jelas itu dulu tahun 2011, perusahaan pernah bikin kontrak pengadaan. Dulu kan kita ada 3 pabrik, ada spinning untuk mengolah dari kapas jadi benang sama mengolah benang jadi kain," terangnya.

Saat itu pengadaan bahan baku dan mesin untuk spinning perusahaan meminjam dana dari Bank Mandiri. Bahan baku kapas pun masih impor sampai sekarang.

"Nah untuk menjaga harga, pada waktu itu manajemen membuat kontrak jangka panjang, dengan harga dipatok sekian gitu. Ternyata baru tiga bulan jalan harga kapas jatuh. Padahal kita sudah terlanjur kontrak dengan harga sekian. Katakanlah kontraknya 2,9 tapi harga kapas jatuh 0,9, kan yang kita bayarkan 2,9," ujarnya.

Baca Juga:Nasib Ratusan Pekerja Pabrik Tekstil PT Primissima Sleman Tak Jelas, Disnaker Tawarkan Sejumlah Solusi

Berbarengan dengan hal itu, pada periode 2011 hingga 2013 perusahaan melewati masa-masa puncak pensiun karyawan. Pada periode pertama itu, dana pensiun langsung dibayarkan sekalogus oleh perusahaan.

"Nah pensiun dibayar sekaligus oleh perusahaan sampai 3 tahun itu Rp40 miliar keluar untuk bayar pesangon. Akibatnya cashflow perusahaan langsung jatuh. Mulai situlah kita susah modal kerja," tuturnya.

"2013 itu puncak dari cashflow kita yang yang habis-habisan enggak ada cashflow lagi. Jadi kesulitan modal kerja itu paling puncak di 2013 itu udah mulai down terus," imbuhnya.

Diungkap Usmansyah, PT Primissima tidak bisa menggunakan mekanisme pendanaan dari bank-bank lain. Hal itu disebabkan karena sejak 2001 seluruh aset perusahaan sudah menjadi jaminan utang di Bank Mandiri.

"Jadi kami mau utang kemana pun eggak bisa karena semua asetnya sudah diikat sana," kata.

Perusahaan sendiri masih terus berupaya untuk memenuhi modal kerja. Termasuk dengan menggunakan mesin yang ada untuk proses work order atau mengerjakan benang pihak lain.

"Jadi kain kainnya kita serahkan pada orang itu tapi kita hanya memperoleh ongkos saja yang jumlahnya tidak seberapa yang tidak bisa mengcover semua biaya minimal saja, gaji dan listrik tidak tertutup. Akhirnya kami terengah-engah," sebut dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini