Lebih Tua dari Covid-19! Museum di Jogja Simpan Alat Kembang Biak Virus Berusia 1 Abad

"Museum memiliki peran penting dalam edukasi, bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah".

Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 23 Juli 2024 | 18:52 WIB
Lebih Tua dari Covid-19! Museum di Jogja Simpan Alat Kembang Biak Virus Berusia 1 Abad
Salah satu koleksi alat pengembangbiakan virus tahun 1900 yang dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Selasa (23/7/2024). [Kontributor Suarajogja.id/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Dunia pernah dikejutkan dengan kemunculan Covid-19 pada 2019 lalu di Cina. Covid-19 yang merupakan virus akhirnya menyebar di Indonesia pada 2020.

Kasus pandemi itu mengakibatkan banyak korban jiwa yang akhirnya memunculkan pendeteksi virus seperti Genos yang dikembangkan UGM hingga antigen hingga swab.

Namun ternyata selama 124 tahun terakhir, ada kesehatan pengembangbiakan virus yang dimiliki salah satu museum di Yogyakarta. Alat kembang biak virus yang saat ini dipamerkan dalam Jogja Museum Expo 2024 di Museum Sonobudoyo Yogyakarta ini ternyata sudah dimiliki RS Dr YAP sejak 1900.

Namun sayangnya tak banyak orang yang tahu bila museum di Yogyakarta memiliki koleksi dengan nilai sejarah yang luar biasa.

Baca Juga:Museum Benteng Vredeburg Siap Dibuka Lagi Juni 2024, Bakal Ada Wisata Malam sampai Coworking Space

"Alat pengembangbiakan virus ini salah satu alat kesehatan tertua yang sudah kita miliki untuk pengobatan mata di Jogja," papar kurator Museum Dr YAP Prawirohusodo, Retno Dian Saputra di Yogyakarta, Selasa (23/7/2024).

Dian menyebutkan, alat yang dibeli RS Dr YAP dari Prancis tersebut pada tahun 1900 digunakan untuk mengembangbiakkan virus sebagai langkah pertahanan dalam mencari solusi kemungkinan penyakit mata di RS Dr YAP. Rumah sakit tersebut menggunakan pengetahuannya untuk mengembangbiakkan virus dan bakteri yang diambil dari penyakit mata yang kemudian dipelajari dan dicari obatnya.

Dr Yap Hoeng Tjoen yang menjadi dokter mata dan mendirikan rumah sakit dengan nama Prinses Juliana Gasthuls voor Ooglijder pada 1922 membawa banyak alat kedokteran mata dan buku-buku dari luar negeri ke rumah sakit tersebut.

"Alat-alat kedokteran, terutama untuk kesehatan mata pun akhirnya banyak dimiliki rumah sakit ini. Ada sekitar 300 alat kesehatan dari keseluruhan koleksi museum. Bahkan ada buku kesehatan yang berasal dari tahun 1700-an yang jadi koleksi museum," paparnya.

Karenanya Dian berharap ada kepedulian banyak pihak untuk bisa mengenalkan beragam koleksi museum. Banyak koleksi-koleksi bersejarah yang bisa dipelajari dan dikenal generasi muda untuk mengenal sejarah bangsa.

Baca Juga:Jogja National Museum: Lokasi dan Fasilitas di Galeri Seni Kontemporer

"Kita sebenarnya punya banyak koleksi [museum] yang bisa dilihat dan jadi pembelajaran," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
Masa Inkubasi Virus HMPV Berapa Lama? Penyakit Mirip Covid-19 Sudah Masuk Indonesia
Masa Inkubasi Virus HMPV Berapa Lama? Penyakit Mirip Covid-19 Sudah Masuk Indonesia
Muka Asli Mulan Jameela Digunjing, Dianggap Lebih Tua dari Maia Estianty
Muka Asli Mulan Jameela Digunjing, Dianggap Lebih Tua dari Maia Estianty
Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
Hasil PSBS Biak vs Persebaya: Menang 1-0, Bajul Ijo Makin Kokoh di Puncak Klasemen BRI Liga 1
Hasil PSBS Biak vs Persebaya: Menang 1-0, Bajul Ijo Makin Kokoh di Puncak Klasemen BRI Liga 1
BRI Liga 1: Hadapi PSBS Biak, Persija Jakarta Bisa Diperkuat Pemain Baru?
BRI Liga 1: Hadapi PSBS Biak, Persija Jakarta Bisa Diperkuat Pemain Baru?

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak