Kisah Finalis Sayembara Aksi Jaga Bumi, Satrio Sulap Rumah Pembuangan Sampah Jadi Wisata Edukasi Budidaya Maggot

Satrio Dimas melalui Maggot Ndalem Sawo merupakan satu dari empat tim penggerak yang masuk finalis sayembara aksi jaga bumi yang digelar Askara Nusantara

Galih Priatmojo
Minggu, 18 Agustus 2024 | 17:18 WIB
Kisah Finalis Sayembara Aksi Jaga Bumi, Satrio Sulap Rumah Pembuangan Sampah Jadi Wisata Edukasi Budidaya Maggot
Para finalis Sayembara aksi jaga bumi

SuaraJogja.id - Raut sumringah terlihat dari wajah Satrio Dimas setelah tim penggerak lingkungan Maggot Ndalem Sawo yang dikelolanya masuk sebagai finalis Sayembara Aksi Jaga Bumi yang digelar oleh Askara Nusantara dari Kitabisa.

Tim penggerak di bidang lingkungan yang dikelola Satrio Dimas dkk itu merupakansatu diantara empat tim penggerak lainnya yang lolos ke tahap 2 finalis program yang digagas Kitabisa tersebut.

Satrio mengungkapkan tim penggerak lingkungan bernama Maggot Ndalem Sawo yang dikelolanya bersama warga Kampung Cokrodiningrat, Kota Jogja bermula ketika ia melakukan KKN di wilayah tersebut.

Ketika itu ia mendapati adanya rumah kosong yang dijadikan tempat pembuangan sampah.

Baca Juga:Kabupaten/Kota Minta Tambahan Kuota, Sekda DIY Sebut Masalah Sampah Tak Rampung

"Jadi waktu itu tahun 2022 waktu saya KKN itu ada satu rumah kosong di Cokrodingratan itu jadi tempat pembuangan sampah warga. Kami mulanya bantu bersih-bersih di situ, kemudian tergerak bersama Pak Agung yang kemudian menempati rumah tersebut, disulaplah rumah yang tadinya jadi tempat buang sampah jadi tempat mengelola sampah," jelasnya di Aula Bambu Dome WeLoveYouth di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Minggu (18/8/2024).

Dari mulanya sampah dikelola sebagai kompos, di kemudian hari upaya pengelolaan sampah yang lebih sistematis berkembang untuk budidaya maggot. Hal itu seiring juga ketika Jogja mengalami kondisi darurat sampah pascaditutupnya TPST Piyungan.

"Itu tahun 2023 kami kemudian bersama Pak Agung di rumah kosong yang kemudian jadi tempat tinggalnya dan disulap untuk pengelolaan sampah, berkembang mengelola sampah dari sekadar kompos kemudian budidaya maggot," terangnya.

Untuk membudidayakan maggot itu, ia dan tim yang kemudian dinamai Maggot Ndalem Sawo melakukan edukasi kepada warga sekitar agar membuang sampah organik ke tempat pengelolaan sampah yang dikelolanya.

Mulanya agak kesulitan untuk menggiring warga di Cokrodiningratan agar memilah sampah organik lalu dikirim ke Maggot Ndalem Sawo. Tapi melalui edukasi selama satu bulan, kesadaran warga mulai timbul.

Baca Juga:Damkarmat Kota Yogyakarta Tangani 49 Kasus Kebakaran Hingga Juni 2024

"Jadi warga kan ada yang buang ke depo setelah didedukasi kemudian rutin memilah lalu buang sampah organiknya ke kami. Sampah-sampah itu kemudian diolah sedemikian rupa untuk pakan maggot. Maggotnya kemudian diberika ke warga lagi untuk pakan ternak hingga untuk praktik edukasi pengelolaan sampah," ungkapnya.

Pengelolaan sampah yang berupa budidaya maggot di Cokrodingratan belakangan bisa dikembangkan lagi menjadi sarana wisata edukasi. Rumah Maggot Ndalem Sawo dimasukkan sebagai salah satu paket wisata di lingkungan desa wisata Cokrodiningratan.

"Sekarang ini pengelolaan sampah yang dikelola Maggot Ndalem Sawo selain jadi sarana untuk mengelola sampah juga jadi wisata edukasi satu paket perjalanan bagi yang berkunjung berwisata ke desa wisata Cokrodiningratan," imbuhnya.

Satrio menyebut keikutsertaannya di program Sayembara Aksi Jaga Bumi tersebut mulanya sekadar iseng. Ia pun tak menyangka timnya menjadi salah satu yang terpilih sebagai finalis.

"program ini positif sekali karena kami dapat wawasan lebih banyak tentang lingkungan dan pengelolaan sampah. Selain itu kami juga bisa memperluas jejaring dari relasi yang terlibat dalam program tersebut," katanya.

Sementara itu CEO Kitabisa Vikra Ijas menyebut sayembara aksi jaga bumi yang digelar di Jogja merupakan kali ketiga dari sebelumnya ada di Bandung dan Pekanbaru.

Program ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan dari Kitabisa untuk meningkatkan eksadarna dan tindakan nyata dalam pengelolaan sampah serta penguatan ekonomi sirkular di masyarakat.

"Tiga kota ini termasuk Jogja merupakan pilot project mengingat di tiga kota ini isu sampah cukup intens belakangan ini dan dampaknya yang besar di masyarakat. Maka kami berupaya untuk menjaring sosok-sosok inspiratif yang mampu menggerakkan lingkungan sekitarnya berdaya memberikan perubahan yang lebih baik," jelasnya.

Disebutkan untuk para finalis yang masuk etape kedua selain mendapatkan penghargaan juga insentif sebesar Rp1,5 juta per bulan selama 6 bulan ingga diberikan perlindungan asuransi jiwa SalingJaga dari Kitabisa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini