Proyek Kolaborasi FISIP UAJY dan Suara.com Mendapatkan Dana Padanan Kemendikbud

Proyek kolaborasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Suara.com menerima bantuan pendanaan Program Dana Padanan Kemendikbud.

Rendy Adrikni Sadikin
Selasa, 20 Agustus 2024 | 08:09 WIB
Proyek Kolaborasi FISIP UAJY dan Suara.com Mendapatkan Dana Padanan Kemendikbud
Proyek kolaborasi FISIP UAJY dan Suara.com mendapatkan dana padanan dari Kemendikbud.(Istimewa)

SuaraJogja.id - Kolaborasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dan Suara.com menerima bantuan pendanaan Program Dana Padanan Tahun Anggaran 2024 Batch 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Proposal yang diajukan terkait peningkatan kapasitas digital creator Indonesia dalam penulisan konten media sosial dengan model jurnalisme berkualitas.

Dalam proposal tersebut, Suara.com sebagai mitra dunia industri berkolaborasi dengan FISIP UAJY untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat, dalam hal ini meningkatkan literasi digital, terutama di kalangan para konten kreator. Peningkatan dengan memaksimalkan kapasitas penulisan artikel maupun konten di media sosial atau website bagi para kreator konten.

Ketua Proyek Kolaborasi FISIP UAJY dan Suara.com, Olivia Lewi, mengatakan program tersebut akan melibatkan sedikitnya 150 hingga 200 kreator konten untuk diberikan peningkatan kapasitas penulisan konten khususnya di media sosial. Adapun program ini akan digelar di tiga kota: Yogyakarta, Bandung dan Surabaya dengan melibatkan praktisi dari Suara.com.

Menurut Olivia, kolaborasi FISIP UAJY dan Suara.com didasari untuk menangani persoalan yang ada di masyarakat. Selain tingkat literasi digital di Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara ASEAN, problem hoaks juga bukan hal yang sepele. Penyebaran hoaks di Indonesia sangat tinggi. Karena itu, kreator konten diharapkan menjadi ujung tombak untuk membawa konten berkualitas sehingga bisa memberikan pemahaman yang benar dan bisa dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga:Peringkat Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Keunggulan dan Alasan Mengapa UAJY Jadi Pilihan Tepat

"Peningkatan kapasitas ini merupakan upaya untuk menaikkan literasi digital masyarakat Indonesia, di mana tingkat literasi digital Indonesia masih di bawah rata2 di negara ASEAN. Selain itu persoalan Hoaks juga sangat tinggi di Indonesia. Sementara itu, keberadaan digital creator ini diharapkan bisa membawa konten berkualitas yang bisa dikonsumsi masyarakat," ujar Olivia yang juga merupakan akademisi di FISIP UAJY saat dihubungi, Senin (19/8/2024).

Tak cuma peningkatan kapasitas, para kreator konten juga akan menjadi bagian dari komunitas Yoursay, platform konten buatan pengguna yang dikembangkan Suara.com. Di platform tersebut, para konten kreator bisa mengirimkan artikel dan karya mereka sebagai untuk menyebarkan informasi yang berkualitas serta berguna bagi masyarakat.

CEO Suara.com Suwarjono mengatakan proyek kolaborasi ini diinisiasi karena maraknya konten yang tidak laik untuk dikonsumsi publik. Banyak misinformasi dan disinformasi yang berkecambah seiring dengan kemudahan publik untuk membuat konten di media sosial. Di sinilah peran kreator konten untuk memberikan informasi yang terpercaya dan laik dikonsumsi oleh masyarakat.

"Udara digital kita terlalu banyak residu atau konten yang tidak laik untuk dikonsumsi publik. Kemudahan publik membuat konten di berbagai platform media digital dan media sosial menyebabkan banjir konten, termasuk misinformasi dan disinformasi. Butuh lebih banyak lagi pembuat konten di ranah digital yang berkualitas, agar udara digital bersih dan laik konsumsi," ujar Suwarjono.

Lebih lanjut, Suwarjono merasa bangga Suara.com bisa bekerjasama dengan kampus UAJY menginisiasi program ini, mendorong masyarakat digital membuat konten berkualitas. Dia berharap akan lebih banyak lagi konten kreator terlibat, baik melalui platform user generate content (UGC) Yoursay maupun media sosial yang mereka miliki.

Baca Juga:Perjalanan Gemilang Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam Mencetak Prestasi

"Kolaborasi stakeholder baik perguruan tinggi, pemerintah, swasta dan jaringan masyarakat sipil sangat penting untuk sama sama mendorong publik membuat konten berkualitas," kata Suwarjono.

Program yang merupakan inisiasi FISIP UAJY dan Suara.com ini lahir dari permasalahan yang terjadi di masyarakat kekinian. Laju penetrasi yang terus meningkat hingga tahun 2024 tidak diimbangi dengan literasi digital yang memadai. Fenomena ini tak pelak menimbulkan banyak ekses, salah satunya penyebaran hoaks yang cukup masif melalui media sosial.

Sekadar informasi, penetrasi internet di Indonesia hingga tahun 2024 terus meningkat. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024 menyatakan bahwa sekitar 221 juta jiwa penduduk Indonesia menggunakan internet. Gen Z (Kelahiran 1997-2012/12-27th) dan milineal (kelahiran 1981-1996/ 28- 43th) adalah dua generasi dengan penetrasi internet tertinggi dengan kontribusi 34,40% (Gen Z), dan 30,62% (Generasi Milineal).

Berdasarkan hasil penelitian, di tingkat ASEAN literasi digital masyarakat Indonesia masih di angka 62%, jauh di bawah rata-rata negara ASEAN yang berada di angka 70 persen. Rendahnya literasi digital di Indonesia berdampak pada beberapa hal.

Pertama, peredaran hoaks di masyarakat. Peredaran hoaks cenderung meningkat per tahunnya melalui media sosial. Dibuktikan pada jelang Pemilu 2024 lalu terdapat 2.882 konten hoaks menyebar di media sosial (Bestari, 2024). Survei Katadata Insight Center (KIC) melaporkan, setidaknya 30 persen sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya.

Kedua, perilaku masyarakat dalam menggunakan media sosial. Laporan Visi Indonesia Digital 2045 (Kominfo, 2024) menyebutkan penggunaan internet masih banyak dilakukan untuk tujuan non produktif seperti mengisi waktu luang karena masyarakat Indonesia cenderung menyukai konten ringan yang tak mencerdaskan dan minim etika berinternet di medsos (menyebarkan isu SARA, hoaks, hingga ujaran kebencian).

Di sisi lain, kebebasan untuk menggunakan media sosial mendorong munculnya banyaknya digital creator. Konten yang dibuat oleh digital content creator ini cenderung lebih disukai generasi Z. Sementara itu, salah satu problem penting di Indonesia bahwa digital creator menjadi pihak penyebar hoaks.

Digital creator seringkali tidak sadar bahwa konten yang dibuat bisa mengandung hoaks. Dalam proses pembuatan konten, digital creator cenderung tidak menggunakan teknik dan prinsip tertentu seperti yang dilakukan oleh media profesional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak