Guru Besar UGM: Pemerintah Jangan Asal Impor Soal Program Susu Gratis, Maksimalkan Upaya Kemandirian Susu Nasional

Widodo menilai negara perlu mengikuti peraturan negara asal, Peraturan Menteri Perdagangan No. 29 tahun 2019 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan.

Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 20 Oktober 2024 | 11:10 WIB
Guru Besar UGM: Pemerintah Jangan Asal Impor Soal Program Susu Gratis, Maksimalkan Upaya Kemandirian Susu Nasional
Boneka Gemoy Prabowo Subianto beraksi di Perempatan Lampu Merah Sarinah, Jakarta, Jumat (29/12/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Program kemandirian susu jangan hanya menguntungkan industri besar peternakan sapi perah, tetapi juga ditujukan untuk pengembangan peternakan sapi perah rakyat, baik melalui koperasi atau kelompok peternak," ucapnya. 

Di samping itu, diperlukan skema yang berlandaskan pada kerja sama antara korporasi besar dengan inti rakyat. Menurutnya, akan lebih baik bila rakyat dapat ikut mengembangkan sapi yang disediakan melalui korporasi besar. 

"Jika memungkinkan juga untuk masyarakat peternak, koperasi dan peternakan rakyat yang sudah eksis dengan skema yang memungkingkan mereka bisa memiliki, ini akan lebih riil," tandasnya.

Melalui skema tersebut, Widodo berharap akan ada lapangan kerja yang kian meluas, dibarengi dengan produksi susu yang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Tidak terkecuali juumlah peternak yang meningkat dan mewujudkan transformasi industri yang tangguh dan berdampak pada transformasi konsumsi susu nasional. 

Baca Juga:Terdampak Harga Kedelai Impor yang Makin Melambung, Perajin Tahu di Gunungkidul Menjerit

"Landscape impor sapi seperti ini jauh lebih baik agar tidak sampai mematikan produsen susu dalam negeri karena harganya mayoritas sedikit lebih mahal daripada impor, walaupun secara praktis-ekonomis memang lebih cepat impor susu," ujarnya. 

Widodo berharap sektor peternak rakyat dan koperasi akan lebih berdaya melalui mapping lokasi dengan kondisi agroekologis yang mendukung. Terkhusus di luar Jawa mengingat sebagian wilayah pulau Jawa sudah terjangkit endemik PMK. 

Pengembangan bibit sapi perah tropis juga dapat dilakukan sebagai alternatif budidaya sapi yang lebih adaptif dengan kondisi suhu dan lingkungan kita. Selain sapi, kambing perah juga bisa dikembangkan serta pentingnya inovasi dan hilirisasi produk susu. 

"Smart Dairy Farming juga disarankan dilakukan oleh korporasi karena suhu dan kelembaban kandang bisa dikontrol dengan memanfaatkan teknologi sensor sehingga sapi tidak stres dan produktivitasnya meningkat," pungkasnya. 

Baca Juga:Bahan Pangan Impor Langka Akibat Perang, Jasa Boga Sempat Terancam Tak Jualan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak