Alat tersebut rencananya akan dibuat massal dan dijual dengan harga di bawah Rp20 juta. Saat ini, tim peneliti sedang dalam proses pengurusan izin edar dan mengusulkan agar alat ini menjadi salah satu topik prioritas teknologi kesehatan di Kementerian Kesehatan.
Inovasi ini dirancang agar dapat dioperasikan oleh kader kesehatan di puskesmas, posyandu lansia, atau kelompok diabetes, sehingga memungkinkan screening retinopati diabetika yang lebih luas dan terjangkau di masyarakat.
"Harga yang lebih terjangkau ini memungkinkan penggunaan alat di tingkat puskesmas atau komunitas. Alat ini bertujuan mendeteksi kondisi retina sebelum kebutaan terjadi. Jika penderita diabetes masih memiliki penglihatan yang baik, screening tetap harus dilakukan untuk mengambil foto retina. Dengan begitu, kondisi retina dapat dipantau, misalnya setiap 6 bulan atau setahun sekali," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Baca Juga:Tingkatkan Reproduksi, Fapet UGM Kembangkan Embrio Berkualitas pada Hewan Ternak Melalui Metode IVF