Hujan es juga dipicu adanya aliran udara turun yang kuat. Kondisi itu memengaruhi butiran es jatuh ke permukaan dengan minim hambatan.
Arah angin yang datang dari arah barat kemudian bertiup ke timur pun turut berperan dalam membawa awan hujan es tersebut ke sejumlah wilayah di Yogyakarta.
Apa itu Awan Cumulonimbus?
Untuk diketahui awan cumulonimbus adalah awan vertikal yang sangat besar dan padat, seringkali dikaitkan dengan cuaca ekstrem. Bayangkan tumpukan kapas raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Mereka adalah "raja" dari segala jenis awan karena potensinya untuk menghasilkan petir, hujan deras, angin kencang, bahkan hujan es dan tornado.
Baca Juga:Hujan Es Guyur Kota Jogja dan Sleman, Ukurannya Sebesar Batu Kerikil
Awan cumulonimbus bisa dilihat dari ciri-cirinya, berikut beberapa cara memastikan awan tersebut cumulonimbus atau bukan:
1. Ukuran Raksasa: awan ini bisa menjulang dari ketinggian rendah (sekitar 500 meter) hingga lebih dari 12 kilometer ke atas atmosfer.
2. Warna Gelap: bagian bawah awan biasanya berwarna abu-abu gelap atau kebiruan karena kandungan air yang sangat tinggi dan tebal.
3. Puncak seperti Landasan (Anvil): seringkali, bagian atas awan melebar membentuk struktur seperti landasan atau payung yang halus. Ini terjadi ketika awan mencapai lapisan atmosfer yang lebih stabil (tropopause) dan tidak bisa naik lebih tinggi lagi. Angin kencang di ketinggian ini kemudian menyebarkan bagian atas awan.
4. Tepi yang Kasar: tepi awan cumulonimbus biasanya terlihat bergerombol dan tidak rata, menandakan adanya aktivitas konveksi yang kuat (pergerakan udara naik dan turun).
5. Ditemani Cuaca Buruk: kehadiran awan ini hampir selalu mengindikasikan cuaca buruk seperti hujan lebat, petir, angin kencang, dan kadang-kadang hujan es.