Namun, semangat mereka untuk belajar terus tumbuh. Banyak lansia kini rutin mengikuti pelatihan literasi digital guna memahami dunia teknologi lebih dalam.
Program Manager Tular Nalar, Giri Lumakto, menambahkan bahwa pendekatan edukasi digital disesuaikan dengan karakter lansia itu sendiri.
Mafindo turut menggandeng komunitas lokal seperti Bengdi untuk memetakan dan menjangkau kelompok sasaran secara tepat.
"Sampai saat ini, kami telah mendampingi lebih dari 200 lansia. Kami mengenalkan teknologi secara bertahap, dengan pendekatan yang membuat mereka merasa nyaman, seperti mengenang era kejayaan radio dan televisi," jelas Giri.
Baca Juga:Lansia di Sleman Membludak, Pemkab Resmikan Sekolah Khusus agar Tetap Produktif
Ia menegaskan bahwa literasi digital kini menjadi kebutuhan dasar, bukan lagi pilihan. Mafindo berkomitmen memperluas program ini secara inklusif dan partisipatif, sesuai amanat bangsa sejak 1945: tidak ada satu pun warga negara yang tertinggal, termasuk dalam dunia digital.
Program Officer Tular Nalar, Dwitasari Teteki Bernadeta, juga menegaskan bahwa perhatian terhadap lansia adalah tanggung jawab bersama.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa Mafindo akan terus konsisten mendampingi serta memberdayakan lansia agar semakin percaya diri di era digital.
Tak dipungkiri angka literasi masyarakat di Indonesia cukup buruk. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang bisa membaca namun tak paham dengan apa yang mereka baca.
Hal ini nyaris dialami beberapa generasi muda. Namun begitu, lansia juga harus mendapat perhatian agar mereka masih bisa memahami apa yang mereka baca.
Baca Juga:Keluarga Lansia Korban Tabrak Lari Terima Keadaan, Begini Kelanjutan Nasib Pelaku
Bukan tanpa alasan, dari literasi sebuah negara bisa terlihat bagaimana masyarakat berkembang. Pasalnya miss leading dan persepsi yang salah kerap menjadi persoalan di negara berkembang seperti Indonesia.