SuaraJogja.id - Pemkab Sleman melakukan MoU terkait pelaksanaan program Sleman Pintar Plus Plus. Hal ini sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan melalui sektor pendidikan.
MoU itu dilakukan dengan sejumlah mitra, di antaranya Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY), PT Chemco Harapan Nusantara, PT Mitrametal Perkasa, PT Nichirin Indonesia. Penandatanganan MoU dilakukan beberapa waktu lalu di kampus UTY, Sendangadi, Mlati, Sleman.
Adapun melalui program Sleman Pintar Plus Plus ini, anak dari keluarga kurang mampu yang memiliki tekad untuk belajar akan diberikan bantuan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Selain itu, mereka nantinya juga akan diberikan kesempatan untuk magang di perusahaan-perusahaan nasional.
Baca Juga:Sleman Siapkan Tempat Sampah Raksasa, Bupati: Mampu Tampung Seluruh Sampah DIY
Sehingga setelah lulus perguruan tinggi mereka telah memiliki pengalaman dan siap memasuki dunia kerja.
Bupati Sleman, Harda Kiswaya, menyampaikan bahwa upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan melalui kolaborasi seluruh stakeholder. Sehingga tujuan yang diinginkan dapat lebih mudah dicapai serta efektif.
"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Butuh kolaborasi dengan akademisi, perusahaan, dan lainnya. Kita harus bahu-membahu membangun negara ini," kata Harda.
Sementara itu, Sekda Sleman sekaligus Wakil Ketua TKPK Kabupaten Sleman, Susmiarto, dalam sambutannya menyebut MoU ini merupakan langkah serta komitmen Pemkab Sleman.
Pemkab sendiri memiliki misi untuk memutus rantai kemiskinan dengan memberikan pendidikan yang langsung terhubung dengan dunia kerja kepada masyarakat di Bumi Sembada.
"Pemberantasan kemiskinan tidak cukup dilakukan dengan pemberian bantuan sosial saja. Tapi dengan memberikan akses pendidikan perguruan tinggi yang relevan dengan dunia kerja merupakan kunci pemberantasan kemiskinan yang berkelanjutan," ujar Susmiarto.
Baca Juga:70 Persen SD di Sleman Memprihatinkan, Warisan Orde Baru Jadi Biang Kerok?
Sementara itu, Rektor UTY, Bambang Moertono, menyambut baik program kerjasama ini. Menurutnya program Sleman Pintar Plus Plus ini sejalan dengan visi dan misi UTY yakni berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan.
"Program Sleman Pintar Plus Plus, yakni kuliah di kampus dua tahun, kemudian magang di perusahaan satu setengah tahun," kata Bambang.
Dari perwakilan Mitra Industri, Gede Agus Prayajana, juga menyambut baik program kerja sama ini. Dikatakan pihaknya akan berupaya menjalankan tugasnya sebaik mungkin, sehingga tujuan yang dicita-citakan bersama bisa terwujud dan berhasil.
"MoU ini adalah hal pertama dan hal selanjutnya adalah tugas kami untuk meyakinkan masyarakat bahwa kemiskinan bisa diberantas melalui pendidikan," ujarnya.
Untuk diketahui, Pendidikan tinggi dianggap sebagai salah satu jalan utama untuk mobilitas sosial dan ekonomi.
Namun, realitas di Indonesia menunjukkan bahwa akses anak-anak dari keluarga miskin ke perguruan tinggi masih sangat terbatas.
Menurut data dari BPS dan berbagai riset pendidika, hanya sekitar 20-25 persen anak dari kelompok 40 persen rumah tangga termiskin yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Hambatan utama meliputi biaya kuliah, biaya hidup, lokasi kampus yang jauh dari daerah asal, serta kurangnya informasi dan motivasi dari lingkungan sosial.
Pendidikan tinggi secara teori bisa memutus rantai kemiskinan, namun hasilnya sangat bergantung pada kualitas institusi pendidikan tinggi. Lulusan dari kampus ternama atau vokasi berkualitas lebih mudah terserap di dunia kerja.
Jurusan yang dipilih juga menjadi faktornya. Beberapa jurusan memiliki prospek kerja yang jauh lebih besar dibanding lainnya.
Dukungan sosial dan jaringan pasca-kelulusan. Anak-anak dari keluarga miskin mungkin tidak punya akses ke jejaring profesional yang kuat, berbeda dengan anak-anak dari keluarga mampu.
Pemerintah Indonesia telah membuat beberapa kebijakan yang membuka peluang anak-anak miskin mengenyam pendidikan tinggi, antara lain, Beasiswa KIP Kuliah (Kartu Indonesia Pintar Kuliah): Menanggung biaya kuliah dan biaya hidup untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu.
Selain itu ada Beasiswa dari kampus atau yayasan swasta.
Dan bisa juga menggunakan program Perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur afirmasi.