UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?

Aris menilai bahwa penurunan ini kemungkinan dipengaruhi oleh program pengobatan rutin.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 09 Juni 2025 | 21:13 WIB
UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?
Sejumlah pemuda muslim memotong sapi kurban di Masjid Gedhe Kauman, Jogja. [Hiskia/Suarajogja]

SuaraJogja.id - Tim pemeriksa dan pengawasan hewan kurban dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM masih menemukan kasus cacing hati pada penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha 2025.

Kendati demikian, berdasarkan catatan sementara temuan cacing hati pada hewan kurban di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan dari tahun lalu.

"Jadi hasil pantauan kami secara umum itu yang kita temukan adalah seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu cacing hati. Itu kasusnya," kata Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni FKH UGM, Aris Haryanto, saat dikonfirmasi Senin (9/6/2025).

"Tapi kasusnya enggak banyak hanya sekitar 5 persen dari yang kita periksa," imbuhnya.

Baca Juga:Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi

Angka ini, disampaikan Haryanto, menurun dibanding tahun sebelumnya yang hampir menyentuh 10 persen. Walaupun kepastian data itu masih bakal dilihat hingga esok.

"Kalau [tahun] kemarin hampir sampai 10 persen, ada penurunan walaupun kelihatannya tidak signifikan tapi ini data belum selesai tapi kalau sampai hari ini kelihatannya ada penurunan," ungkapnya.

Aris menilai bahwa penurunan ini kemungkinan dipengaruhi oleh program pengobatan rutin khususnya pengobatan cacing pada sapi, terutama dari wilayah Gunungkidul.

"Sapi [kurban] kebanyakan dari Gunungkidul, jadi kan kalau sapi dari sana sudah dilakukan program pengobatan cacing itu sudah enam bulan yang lalu," ujarnya.

"Kalau pengobatan cacing memang setiap enam bulan sekali, jadi mungkin ada efeknya. Jadi ada sedikit penurunan terutama sapi-sapi yang datang dari Gunungkidul," tambahnya.

Baca Juga:Masjid Gedhe Kauman Sembelih Puluhan Hewan Kurban, Ada dari Gubernur DIY

Adapun FKH UGM sendiri menerjunkan sekitar 285 mahasiswa yang disebar di lima kabupaten/kota se-DIY. Selain itu, ada sekitar 260-an dokter hewan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Yogyakarta ditambah para dosen FKH UGM.

"Dosen kita libatkan semua tapi hanya di lokasi tempat tinggal masing-masing atau di masjid terdekat," ungkapnya.

Selain cacing hati, dia memastikan tidak ditemukan kasus penyakit antraks selama pemantauan. Temuan penyakit lainnya pun tergolong ringan dan tidak membahayakan kesehatan manusia, seperti indikasi bekas infeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terdeteksi pada jantung sapi.

"Kemudian kasus yang dikhawatirkan kemungkinan penyebaran antraks itu tidak ada, tidak terjadi," ujarnya.

Hingga Senin hari ini, pemotongan hewan kurban masih berlangsung di sejumlah lokasi, terutama di lingkungan perkantoran.

Aris menyebut bahwa data final akan direkap pada Selasa esok. Namun tren awal menunjukkan situasi yang relatif terkendali dan aman bagi masyarakat.

Sebelumnya, Koordinator mahasiswa yang sekaligus Dosen Fapet UGM, Tristianto Nugroho, menuturkan puluhan mahasiswa diterjunkan sebagai hasil kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Pangan, Pemerintah Kota Yogyakarta.

"Kegiatan dilakukan sebelum dan setelah Idul Adha terutama untuk memastikan kualitas hewan ternak yang akan dikonsumsi masyarakat pada hari raya," kata Tristianto, Kamis (5/6/2025).
Disampaikan Tristianto, para mahasiswa akan diterjunkan ke berbagai kecamatan di Kota Yogyakarta.

"Ya kira-kira mahasiswa yang diterjunkan sudah punya pengalaman dan interaksi dengan ternak. Sebagian besar sudah punya pengalaman," ucapnya.

Nantinya para mahasiswa akan bersama dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja dalam melakukan pemantauan di sejumlah titik yang sudah ditentukan.

Penerjunan mahasiswa itu terhitung mulai tanggal 5 Juni 2025 untuk pemeriksaan ante mortem atau sebelum penyembelihan. Hal itu untuk memastikan kelayakan ternak untuk disembelih.

Kemudian setelah itu, mahasiswa akan melakukan pemeriksaan lagi pada post mortem atau usai penyembelihan pada tanggal 6 hingga 9 Juni.

Pemeriksaan post mortem itu dilakukan untuk memastikan bahwa organ-organ dalam dalam kondisi layak untuk dikonsumsi.

"Salah satu pemeriksaan utama pada ternak setelah disembelih adalah memeriksa hati, untuk menghindari adanya parasit cacing hati agar tidak terkonsumsi manusia," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak