SuaraJogja.id - Pemkot Yogyakarta mengambil langkah strategis dalam upaya pencegahan stunting dengan mengerahkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) di setiap kelurahan.
Pendampingan ini menyasar kelompok rentan seperti calon pengantin, ibu hamil, serta bayi di bawah usia dua tahun (baduta), guna meminimalkan risiko stunting sejak dini.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan bahwa stunting tidak hanya terjadi pada balita atau baduta, namun pencegahan harus dimulai dari tahap awal, termasuk pada calon pengantin.
"Kita harus tahu kondisi kesehatan calon pengantin, apakah mereka mengalami anemia atau kekurangan energi kronis [KEK], begitu pula kondisi ibu hamil," ujar Hasto dikutip Minggu (13/7/2025).
Baca Juga:Angka Kecelakaan di Jogja Turun, Polisi Bongkar 'Dosa' Utama Pengendara yang Bikin Celaka
Hasto mengungkapkan bahwa angka prevalensi stunting di Kota Jogja menunjukkan tren positif dengan penurunan signifikan. Pada tahun 2024, angkanya turun menjadi 14,8 persen dari sebelumnya 16,8 persen di tahun 2023.
Upaya pencegahan dilakukan secara menyeluruh melalui deteksi dini dan pendampingan oleh TPK, yang bekerja berdasarkan data nama dan alamat sasaran secara detail.
"Akurasi data sangat krusial. Untuk menekan angka stunting, kita perlu pembaruan data secara berkala agar kita tahu kondisi terkini dan siapa saja yang berisiko," tegas Hasto.
Pemerintah juga memperkuat pemantauan lapangan melalui program Satu Kampung Satu Bidan, di mana bidan dilibatkan secara aktif dalam pelayanan dan edukasi kesehatan masyarakat.
Untuk memastikan program berjalan efektif, Pemkot Yogyakarta menjalin sinergi lintas sektor.
Baca Juga:Waspada Leptospirosis di Kota Jogja, Kasus Capai 19 Pasien, 6 Orang Meninggal Dunia
Koordinasi ini melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Puskesmas, Kemantren, Kelurahan, hingga perangkat daerah lainnya.
Hasto juga menekankan pentingnya pemberian makanan tambahan (PMT) yang tepat sasaran untuk mendukung intervensi gizi bagi kelompok berisiko.
Data Terbaru: 26 Calon Pengantin di Yogyakarta Masuk Kategori Berisiko Stunting
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, melaporkan bahwa hingga 7 Juli 2025, terdapat 545 calon pengantin yang berdomisili di Kota Yogyakarta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 518 orang dikategorikan sehat, sedangkan 13 mengalami KEK, 8 menderita anemia, dan 5 lainnya mengalami kombinasi KEK dan anemia.
Sebanyak 26 calon pengantin yang masuk dalam kategori berisiko telah diberikan intervensi berupa PMT dan/atau tablet tambah darah selama tiga bulan. Progres kondisi kesehatan mereka terus dipantau setiap bulan secara berkala.
Ratusan Keluarga di Yogyakarta Masuk Kategori Berisiko Stunting