Dampak Larangan Study Tour: Keraton Jogja Ubah Haluan, Tawarkan Wisata yang Bikin Anak Betah

Sejumlah inovasi wisata yang saat ini dikembangkan, antara lain melalui festival dolanan anak selama Juli 2025.

Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 27 Juli 2025 | 13:21 WIB
Dampak Larangan Study Tour: Keraton Jogja Ubah Haluan, Tawarkan Wisata yang Bikin Anak Betah
Anak-anak dan keluarga berfoto bersama kuda dan kusir kereta Keraton Yogyakarta, Minggu (27/7/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Larangan study tour di sejumlah daerah, yang digulirkan Pemprov Jawa Barat semakin luas pada sektor wisata edukasi di Yogyakarta.

Banyak destinasi budaya seperti keraton, museum, hingga kampung wisata yang kehilangan kunjungan rombongan sekolah, terutama pada periode low season.

"Larangan di Jawa Barat tentu berdampak karena di Jogja kita banyak sekali mendapatkan benefit dari study tour di bulan-bulan sepi. Tapi Jogja enggak pernah diam, selalu berinovasi. Yang cepat beradaptasi, itu yang bisa bertahan," ungkap Penghageng Nityabudaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara disela Festival Gya Dolan Sesarengan 2025 di Yogyakarta, Minggu(27/7/2025).

Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY tersebut, sejak awal 2025, pihak keraton melihat adanya penurunan kunjungan pelajar.

Baca Juga:Baru 14 TKM Beroperasi di Malioboro, Hasto Desak OPD Tambah Hingga Titik Nol Km

Padahal biasanya kedatangan pelajar dalam study tour menjadi tulang punggung kunjungan pada musim sepi.

Karenanya Keraton pun akhirnya berupaya menjadi alternatif solusi lain untuk meningkatkan angka kunjungan wisata agar tidak semakin terpuruk.

Di antaranya mengembangkan wisata edukatif yang interaktif.

"Semester ini akhirnya tren pariwisata berangsur membaik berkat karena kami yang memadukan edukasi, hiburan, dan interaksi langsung bagi pengunjung yang semakin besar merupakan anak-anak dan pelajar," jelasnya.

Sejumlah inovasi wisata yang saat ini dikembangkan, antara lain melalui festival dolanan anak selama Juli 2025.

Baca Juga:Okupansi Hotel Naik, Libur Sekolah di Sleman Diramal jadi Ladang Cuan Bagi Pengusaha Lokal

Anak-anak diajak belajar mainan tradisional dan mengenal koleksi museum keraton secara interaktif yang bertujuan memperkuat identitas lokal.

Inovasi semacam ini penting mengingat generasi Z dan Alfa membutuhkan pengalaman budaya yang lebih interaktif.

Contohnya di Museum Wahanarata yang bertransformasi menjadi ruang edukasi dua arah.

Dengan rata-rata 300 ribu kunjungan per tahun, mayoritas pengunjung adalah anak-anak.

Anak-anak dapat berinteraksi dengan objek pameran seperti kuda keraton dan replika kereta pusaka.

Koleksi seperti Kanjeng Kyai Garuda Yeksa dan Kanjeng Kyai Ijtimat, kereta tertua dari era Sultan HB I, menjadi daya tarik utama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak