Jejak Bisnis dan Sejarah di Jantung Muhammadiyah: Tur 3 Kampung Ikonik Yogyakarta

Jelajahi tiga kampung bersejarah Muhammadiyah di Yogyakarta: Kauman, Karangkajen, dan Kotagede. Temukan perpaduan wisata religi, sejarah, dan potensi ekonomi kreatif

Budi Arista Romadhoni
Senin, 11 Agustus 2025 | 17:58 WIB
Jejak Bisnis dan Sejarah di Jantung Muhammadiyah: Tur 3 Kampung Ikonik Yogyakarta
ilustrasi Muhammadiyah (dok. muhammadiyah.or.id)

SuaraJogja.id - Yogyakarta bukan hanya soal Malioboro dan gudeg. Di balik hiruk pikuk kota pelajar, tersimpan denyut nadi sejarah dan ekonomi yang berkelindan di tiga kampung bersejarah: Kauman, Karangkajen, dan Kotagede.

Ketiganya adalah titik nol lahir dan berkembangnya Muhammadiyah, organisasi Islam yang kini menjadi salah satu pilar keistimewaan DIY.

Namun, lebih dari sekadar napak tilas, kampung-kampung ini menawarkan pengalaman wisata gaya hidup dan ekonomi kreatif yang sayang untuk dilewatkan.

Bagi kaum urban berusia 18-45 tahun yang mencari perjalanan penuh makna, menjelajahi "Tiga K" ini adalah cara terbaik memahami DNA masyarakat Yogyakarta.

Baca Juga:Tujuh Produk Bersertifikat Halal Mengandung Babi, Muhammadiyah Sebut Rusak Integritas Bangsa

Ini bukan sekadar wisata religi, melainkan penyelaman ke dalam ekosistem yang memadukan spiritualitas, tradisi, dan roda ekonomi yang terus berputar sejak ratusan tahun lalu.

Kauman: Jantung Spiritualitas dan Mode Batik

Seorang pengendara melintasi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang tertutup untuk kegiatan Ramadan selama covid-19, Rabu (20/5/2020). [Suarajogja.id / Ilham Baktora]
Seorang pengendara melintasi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta yang tertutup untuk kegiatan Ramadan selama covid-19, Rabu (20/5/2020). [Suarajogja.id / Ilham Baktora]

Berada persis di sebelah barat Alun-Alun Utara Keraton, Kampung Kauman adalah tempat KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 1912.

Suasananya tenang, kontras dengan Jalan Malioboro yang hanya sepelemparan batu. Di antara gang-gang sempitnya, Anda tidak hanya akan menemukan Langgar Kidul peninggalan KH Ahmad Dahlan atau Masjid Gedhe Kauman yang megah, tetapi juga geliat ekonomi kreatif.

Kauman dikenal sebagai salah satu sentra batik tulis premium. Beberapa butik dan galeri rumahan memajang karya-karya dengan motif klasik yang khas.

Baca Juga:Haedar Nashir Berharap Pengganti Paus Fransiskus Bisa Suarakan Perdamaian di Gaza

Wisatawan bisa melihat langsung proses membatik, sebuah pengalaman otentik yang menghubungkan sejarah para saudagar santri masa lalu dengan pebisnis mode masa kini.

Menyusuri Kauman kini menjadi paket lengkap wisata heritage, di mana pengunjung bisa belajar sejarah, mengapresiasi arsitektur Islam-Jawa, sambil berbelanja produk fashion lokal yang eksklusif.

Karangkajen: Denyut Kaderisasi dan Ekonomi Komunitas

Bergeser ke selatan, Kampung Karangkajen memiliki julukan sebagai "pekarangan kehormatan". Kampung ini adalah basis pengkaderan dan tempat peristirahatan terakhir KH Ahmad Dahlan.

Sejak dulu, Karangkajen dikenal sebagai pusat para "anshar" atau penolong pergerakan Muhammadiyah. Semangat kebersamaan ini terus hidup hingga sekarang.

Kini, Karangkajen bertransformasi menjadi kampung wisata yang mengunggulkan wisata religi, sains, dan kearifan lokal.

Salah satu daya tarik ekonominya adalah industri kain ecoprint yang digerakkan oleh ibu-ibu rumah tangga dan telah menembus pasar ekspor.

Para perajin memanfaatkan tanaman dari kebun urban farming untuk memproduksi kain ramah lingkungan yang indah.

Berkunjung ke sini, wisatawan dapat mengikuti lokakarya ecoprint, mencicipi kuliner olahan ubi dari Pasar Telo yang legendaris, dan merasakan langsung atmosfer komunal yang menjadi tulang punggung kekuatan Muhammadiyah.

Kotagede: Legasi Saudagar dan Kilau Kerajinan Perak

Kompleks bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sabtu (24/4/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Kompleks bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sabtu (24/4/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Kotagede adalah simpul ekonomi dan dakwah Muhammadiyah. Jauh sebelum dikenal sebagai basis saudagar Muhammadiyah, Kotagede merupakan ibu kota pertama Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16 dan sudah masyhur sebagai sentra kerajinan perak.

DNA bisnis ini menyatu dengan semangat dakwah para pedagang Muhammadiyah yang mendanai perjuangan organisasi.

Hingga hari ini, Kotagede tetap menjadi surga bagi para pencari perhiasan dan kerajinan perak.

Dijuluki "Jewellery of Jogja", puluhan toko dan bengkel perak berjejer di sepanjang jalan utamanya, menawarkan berbagai produk mulai dari perhiasan, miniatur, hingga peralatan rumah tangga.

Pengunjung dapat melihat langsung para pengrajin menempa perak dengan teknik warisan turun-temurun, sebuah atraksi yang memadukan seni, sejarah, dan perdagangan.

Di antara bangunan-bangunan kuno yang megah, spirit wirausaha para saudagar masa lalu terasa begitu nyata, menjadikan Kotagede destinasi wajib bagi mereka yang tertarik pada sejarah ekonomi dan produk kriya berkualitas tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak