ITF Bawuran Genjot Kapasitas: Bakar Sampah Lebih Banyak, Biaya Juga Naik?

Dalam hal distribusi sampah, ITF Bawuran menerapkan sistem pengimbangan.

Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 28 Agustus 2025 | 21:06 WIB
ITF Bawuran Genjot Kapasitas: Bakar Sampah Lebih Banyak, Biaya Juga Naik?
Pengolahan sampah di ITF Niten komplek Pasar Niten Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/Hery Sidik)

SuaraJogja.id - Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran menargetkan peningkatan kapasitas pengolahan sampah mendekati batas maksimal 50 ton setiap hari.

Saat ini, fasilitas pengolahan yang dikelola oleh PD Aneka Darma tersebut baru mampu menangani 25–35 ton per hari karena masih beroperasi dengan dua shift kerja.

Tenaga Ahli PD Aneka Darma, Imam Santoso, menjelaskan bahwa secara konsep burning system ITF Bawuran dirancang untuk mengolah hingga 50 ton sampah per hari.

Namun, capaian aktual masih di bawah kapasitas maksimal karena shift ketiga belum dijalankan.

Baca Juga:Tragis! Warga Sleman Temukan Mayat Bayi di Bawah Pohon Beringin, Tali Pusar Belum Terpotong

"Rata-rata kami mengolah 5–6 truk per hari, dengan kapasitas setiap truk sekitar 4,6–4,8 ton. Targetnya setelah perbaikan mesin dan sistem selesai, dalam dua hingga tiga minggu ke depan kami akan menambahkan shift ketiga," kata Imam, dikutip Kamis (28/8/2025).

Menurutnya, penambahan shift ketiga memiliki beberapa keunggulan.

Volume pembakaran bisa meningkat hingga 40–50 ton, serta proses pengolahan sampah lebih sempurna karena mesin bekerja tanpa jeda.

Meski demikian, ada konsekuensi berupa peningkatan biaya operasional dan kebutuhan tenaga kerja tambahan.

"Kalau bahan bakar relatif efisien, tetapi sumber daya manusia jelas bertambah. Hal ini sedang kami kaji sebelum menjalankan uji coba shift ketiga," tambahnya.

Baca Juga:PAD Mandek, Belanja Membengkak: Bantul Cari Jurus Jitu Atasi Defisit 2026

Imam menegaskan kapasitas ITF Bawuran tidak boleh melebihi 50 ton per hari sesuai regulasi.

Namun, dengan sistem pemilahan sampah, total daya tampung bisa mencapai 80–90 ton.

Hal ini karena sebagian sampah bernilai ekonomis tidak dibakar, melainkan dipilah untuk dijual atau diolah menjadi produk baru.

"Konsep kami tidak hanya membakar sampah, tapi juga memilah. Residu organik sekitar 15–20 persen bisa diolah menjadi pupuk atau pakan ternak, sedangkan plastik dan material bernilai ekonomi kami jual kembali," jelasnya.

Dalam hal distribusi sampah, ITF Bawuran menerapkan sistem pengimbangan.

"Biasanya kiriman dari Kota Yogyakarta tiga truk, Bantul dua, dan swasta satu. Namun, saat depo Mandala Krida penuh, kami bisa menampung hingga 8–10 truk per hari," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?