- Tumpukan sampah muncul di depo Yogyakarta akibat peningkatan volume rumah tangga menjelang libur akhir tahun dan Nataru, memicu bau menyengat di beberapa lokasi.
- Pemkot telah berkoordinasi dengan DLHK DIY untuk alokasi rutin 300 ton sampah mingguan ke TPA Piyungan guna mencegah penumpukan berkepanjangan.
- DLH Kota Yogyakarta menerapkan sistem penimbangan digital di delapan depo sebagai program percontohan pengelolaan sampah berbasis data akurat hingga akhir Desember 2025.
DLH berharap sistem ini bisa mempercepat adaptasi menuju pengelolaan sampah berbasis data real-time di seluruh Kota Yogyakarta.
"Sistem ini penting untuk ke depan. Kita akan punya data akurat, bukan sekadar perkiraan. Jadi perencanaan armada, pengangkutan, hingga pengolahan bisa lebih presisi," tandasnya.
Sementara untuk menghadapi libur akhir tahun yang berpotensi memicu lonjakan sampah akibat kunjungan wisatawan, DLH Kota Yogyakarta juga menyiapkan strategi manajemen sampah di lapangan.
Diantaranya menambah armada pengangkut. Selain itu menggandeng sektor swasta untuk memperkuat pengolahan di unit-unit pengolah sampah mandiri.
Baca Juga:2 Pemuda di Sleman Curi Motor demi Ekonomi, Modus Kunci T hingga Gasak Vespa di Tempat Cucian
"Kami tetap mengandalkan depo dan pengangkutan ke TPA, tapi juga mengoptimalkan unit pengolah dan mitra swasta seperti PT Jogja Olah Sampah (JOS) dan Bawuran," paparnya.
Haryoko menambahkan, pihaknya juga telah menyiapkan langkah antisipatif jika nantinya TPA Piyungan kembali ditutup pada awal Januari 2026.
Skema pengalihan sementara ke pengolah swasta dan peningkatan daur ulang di tingkat depo akan menjadi andalan agar pelayanan tetap berjalan.
"Prinsipnya jangan sampai sampah menumpuk di jalan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Baca Juga:Anggaran Pariwisata Sleman Tahun Depan Dipangkas 62 Persen, Sejumlah Event Besar Terancam Hilang