SuaraJogja.id - Sejumlah kejanggalan terungkap setelah dua orang pria, yakni AM dan F, ditangkap aparat Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri di Gondomanan, Yogyakarta, kemarin.
Menurut keterangan beberapa orang yang ditemui Suara.com, AM tak pernah mau salat berjamaah jika imamnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
"Enggak mau diimami pegawai negeri. Kalau toh yang imami pegawai negeri, dia (AM) mundur. Nanti sehabis pegawai negeri selesai ngimamin, sudah mundur, baru dia (AM) mau salat jamaah," kata tetangga AM, Nanik, di rumahnya, Minggu (14/04/2019).
Senada dengan Nanik, Siti Walidah alias Ibu Suyat, pemilik kontrakan yang ditinggali AM mengaku juga menemukan sejumlah kejanggalan lain. Anak Suyat yang pernah menjadi sekretaris kampung mengaku pernah melihat AM memakai rompi kelompok teroris. Namun, ia tak yakin dengan nama kelompok tersebut.
"Apa namanya, tiga huruf. Jamaah Ansharut apa. Kalau enggak salah pakai rompi itu. Kalau enggak JAT, JAD," kata dia.
Suyat mengaku pernah mengancam tak akan menerima AM tinggal di rumahnya karena ia sering menerima tamu misterius di malam hari. Ia disebut sering menerima sembako dan uang setiap pulang dari bepergian. Ia juga menerima pemberian sepeda motor matic dari temannya.
"Menurut saya kok mencurigakan kalau enggak ada apa-apa kok ngasih motor," kata dia.
Menurut Suyat, gelagat mencurigakan tak hanya ditunjukkan oleh AM, namun juga istrinya TE. Meski lebih ramah dan lebih sering bergaul dibandingkan AM, TE disebut enggan salat berjamaah di masjid. Ia biasanya ikut salat di masjid, namun sendiri.
Suyat mengatakan, baik AM dan TE tak memiliki KTP. Keduanya menikah secara siri. TE merupakan istri kedua AM. Sebelumnya, AM menikah dengan seorang perempuan asal Pulau Sumatra.
Baca Juga: Begini Cara Mengakali Kebelet Pipis saat Kenakan Gaun Pernikahan
Suyat mengaku pernah menegur TE dan AM agar mengurus KTP demi anak mereka yang kini berusia empat tahun. Dengan begitu, anaknya akan memperoleh akta kelahiran. Namun, menurut Suyat, TE tak terlalu menanggapi usulan itu.
Mengenai keengganan AM salat berjamaah dengan imam PNS, Ketua RT 43 Dwi Santoso memiliki cerita lain. Menurut Sekretaris Takmir Masjid Taqarubba itu, pernah ada anggota takmir yang bertanya kepada AM dan menjadikan hal itu sebagai candaan. Namun, AM tak pernah mau memberikan alasan penolakan.
"Kesannya memang ada sesuatu yang disembunyikan. Kalau secara umum kan siapapun imamnya kan enggak ada masalah. Sering dibuat becandaan, 'Kalau petani piye?'," kata Dwi.
AM tak pernah memberikan jawaban. Ia terkesan diam. Selain itu, AM memang dikenal pendiam.
Menurut Dwi, setiap tahun, AM juga tak pernah mengikuti tirakatan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan indonesia. Ia selalu mengajak AM datang, namun tak pernah memaksa atau mewajibkan.
"Kalau setiap tahun, setiap malam 17-an, dia enggak ikut. Sudah hampir enggak pernah ikut. Jadi kayanya menghilangkan kebangsaannya," kata dia.
Kontributor : Sri Handayani
Berita Terkait
-
Terduga Teroris di Gondomanan Yogyakarta Sering Terima Tamu dari Malaysia
-
Dibekuk Setelah Salat Duha, Terduga Teroris sempat Bergumul dengan Densus
-
Densus 88 Tangkap 2 Orang di Yogya, CCTV Diminta untuk Dimatikan
-
Di Hadapan Amien Rais, Prabowo Gebrak-gebrak Meja
-
Prabowo Orasi: Ibu Pertiwi Diperkosa, Elite-elite Jakarta Bajingan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
Terkini
-
Peringatan Keras BMKG: Jangan Dekati Pantai Selatan Jogja, Ombak Ganas 4 Meter Mengintai!
-
Waspada Bencana Hidrometeorologi! Cuaca Ekstrem Intai Yogyakarta Hingga November
-
Sleman Ukir Sejarah, Quattrick Juara Umum Porda DIY, Bonus Atlet Dipastikan Naik
-
WNA Yordania Jadi Tersangka di Yogyakarta: Izin Investasi Fiktif Terbongkar
-
Strategi Jitu Sekda DIY Atasi Kemiskinan: Libatkan Asisten Hingga Mandiri Fiskal