Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 15 April 2019 | 04:30 WIB
Rumah yang ditempati terduga teroris AM di Gondomanan, Yogyakarta. (Suara/Handa Taulan)

SuaraJogja.id - Istri terduga teroris di Gondomanan, Yogyakarta, AM, yakni TE, tak yakin apakah suaminya terlibat dalam tindak terorisme atau tidak. Lantaran, ia tak tahu-menahu kegiatan suaminya di luar rumah. 

"Enggak tahu saya. Soalnya sepengetahuan saya dia cuma di rumah aja. Biasanya cuma buka HP itu lho. Saya kan enggak bisa lihat HP-nya. HP-nya dilihat sendiri," kata TE saat ditemui di rumahnya, Minggu (14/04/2019). 

TE mengatakan, AM mengunci HP-nya dan tidak memberitahukan kata kunci kepadanya. Ia pun tak begitu hapal dengan akun Facebook suaminya atau media sosial lainnya. 

Kendati diperbolehkan membawa HP sendiri, TE tak boleh lagi beraktivitas di media sosial seperti Facebook maupun Twitter. AM khawatir akan terjadi interaksi dengan lawan jenis di sana. TE hanya diperbolehkan mengakses Whatsapp-nya sendiri. 

Baca Juga: Ibu Terduga Teroris di Yogyakarta Curiga Anaknya Difitnah

Larangan terkait penggunaan HP itu rupanya hanya berlaku sepihak. AM mengawasi siapa saja yang berinteraksi dengan TE di WA. Ia mengatakan larangan sepihak itu sebagai bentuk kepatuhan istri terhadap suami. 

"Kalau misalnya kok terlalu asik gitu dilihat WA-an sama siapa gitu dilihat. Soalnya kalau bilangnya istri kan harus patuh tho. Enggak boleh turut campur urusan suami," kata dia. 

Ketertutupan ini menyebabkan TE tak berani menyangkal bahwa suaminya terlibat terorisme. Namun, ia juga tak yakin suaminya terlibat, sebab sehari-hari AM lebih banyak di rumah.

Ia menyadari banyak hal yang tidak ia ketahui dari suaminya. 

"Saya enggak tahu saya. Soalnya saya enggak tahu aktivitasnya di handphone-nya itu kan. Dia berteman dengan siapa. Trus dia ngapain kan saya enggak tahu," ujar dia. 

Baca Juga: Terduga Teroris di Yogyakarta Sempat Mengeluh Sakit ke Ketua RT

Tak hanya aktivitas di HP, TE mengaku tak tahu semua aktivitas suaminya sehari-hari. Ia kerap pergi diam-diam tanpa pamit. Terkadang ia pergi bersama temannya, F, yang juga ditangkap oleh Densus 88. 

Meski sering bertandang ke rumah, TE mengaku tak mengenal F dengan baik. Ia hanya mengenalnya dari apa yang diceritakan suaminya. F dikenal sebagai sahabat dekat AM sejak lama. 

F juga jarang bercengkerama dengan teman suaminya itu. Setiap datang ke rumah, F hanya memanggil AM dari luar, kemudian keduanya pergi. 

"Soalnya orangnya itu kalau sama wanita yang bukan muhrimnya itu enggak dekat-dekat. Jadi walaupun ketemu juga enggak menyapa kalau bertamu juga enggak pernah masuk gitu, jarang. Manggil-manggil di luar sana. Takutnya saya masih pakai baju enggak lengkap atau belum pake kerudung gitu. Jadi dia mesti teriak-teriak dulu di situ," kata dia. 

TE kini hanya berharap tahu di mana suaminya berada. Ia mengaku pikirannya kacau. Ia sering mulas dan gugup sejak penangkapan suaminya. 

"Kayak enggak percaya gitu lho, kok bisa tahu-tahu, siapa yang ngelaporin gitu lho. Kok tiba-tiha datang densus kan saya masih terkejut. Pikiran saya masih kacau saya tuh. Enggak tahu saya. Mendadak," kata dia.

Ia mengaku mendapatkan banyak pertanyaan dari polisi waktu dibawa ke Polda. Namun ia enggan membeberkan pertanyaan apa saja yang diajukan kepadanya. Ia juga tak diberitahu mengenai keberadaan suaminya.

Bahkan, handphone yang disita polisi masih belum dikembalikan. 

"Mungkin masih diperiksa ya. Mungkin nanti kalau sudah selesai diperiksa baru boleh pulang," kata TE. 

Kontributor : Sri Handayani

Load More