Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Senin, 13 Januari 2020 | 18:03 WIB
SDN Timuran, Jalan Prawirotaman, Brontokusuman, Mergangsan, Jogja - (Suara.com/Putu)

SuaraJogja.id - Warga Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dibuat geger oleh kabar yang menyebut seorang pembina Pramuka mengajarkan yel-yel berisi kalimat sentimen SARA.

Berdasarkan informasi yang beredar, pembina Pramuka itu mengajarkan tepuk yel-yel “Islam, Islam yes, kafir, kafir no.”

Belakangan, Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Yogyakarta mengakui, ada satu pembina yang mengajarkan yel-yel bersentimen SARA tersebut.

Ketua Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi kepada Suarajogja.id, Senin (13/1/2020), mengakui adanya peristiwa tersebut.

Baca Juga: Apartemen Green Pramuka jadi Markas, Cara 2 Tersangka Retas Situs PN Jakpus

Heroe mengatakan, insiden tersebut terjadi saat mengikuti Kursus Mahir Lanjut (KML) yang digelar organisasi tersebut, Jumat (10/01/2020), di SDN Timuran, Jalan Prawirotaman, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Jogja.

"Sebenarnya dalam microteaching (kursus), tidak ada diajarkan tepuk pramuka (tepuk Islam) yang seperti itu, enggak ada. Nah tiba-tiba peserta ini menyampaikan tepuk (yang mengandung unsur SARA) seperti itu," ungkap Heroe.

Menurut Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut, insiden berawal dari kegiatan KML bagi para pembina se-DIY dan sekitarnya. Kwarcab membuka kesempatan bagi pembina pramuka dari berbagai kabupaten/kota untuk ikut kursus.

Kegiatan diikuti 25 peserta pembina pramuka. Mereka mengikuti kursus sesuai golongan masing-masing, baik Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.

"Jadi di sana kami melatih tentang menjadikan pembina yang mahir. Kasus yel-yel SARA yang di SD Timuran yang dilakukan salah satu peserta dari Gunungkidul terjadi saat praktik," ungkapnya.

Baca Juga: Ajarkan Yel-Yel Berunsur SARA, Pembina Pramuka Dipanggil Kwarcab Jogja

Heroe menjelaskan, satu pembina yang ada di sekolah mengetahui yel-yel yang menyebut antikafir dari salah satu peserta, kemudian melaporkan ke pembina pramuka. Panitia kemudian meminta maaf atas ketidaknyamanan di sekolah negeri tersebut.

Heroe memastikan, yel-yel berbau SARA tersebut merupakan spontanitas dari peserta. Sebab tidak ada materi tersebut dalam KML.

Karenanya, kejadian kali pertama itu menjadi pengalaman bagi Kwarcab untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan aturan KML.

Kwarcab berjanji memanggil pihak yang bersangkutan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Secepatnya (peserta) akan dipanggil di kantor Kwarcab. Kami undang dan diluruskan kembali persoalan-persoalan yang terjadi seperti apa, bagaimana, dan konsekuensinya seperti apa," ungkapnya.

Sebelumnya, kasus peserta pembina pramuka yang mengajarkan yel-yel berbau SARA pada peserta didik di SDN Timuran dalam KML muncul di medsos.

Salah seorang wali murid, K, melaporkan kejadian tersebut pada pembina pramuka di sekolah. K juga mengunggah kejadian tersebut ke medsos. 

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More