Kalau dihitung kebutuhan APD RS, lewat simulasi, Budhi mencontohkan, RSUP Dr Sardjito memiliki 10 PDP yang intens harus dirawat. Satu pasien ditangani tiga orang paramedis yang harus menggunakan APD selama 12 jam. Maka dibutuhkan sekitar 30 APD per hari, dikalikan berapa hari pasien itu dirawat.
"Saya juga di-mention para para dokter dan perawat di puskesmas dan faskes kecil, yang mana mereka kedatangan pasien dan kita tidak tahu batuk, flu, pilek, dan kita tidak tahu mereka positif atau tidak. Mereka juga butuh," tuturnya, seraya mengajak lebih banyak orang lagi bisa terlibat dari gerakan sosial ini. Perihal ongkos, Budhi rela bila penjahit akan menghitungnya.
Setidaknya ada dua jenis pakaian APD yang diproduksi oleh gerakan para penjahit, yaitu APD sekali pakai berbahan spound, dan ada yang bisa dipakai ulang, tetapi harus dicuci dengan larutan disinfektan.
"Yang saya buat, bisa dipakai ulang dan harus disemprot nantinya. Dengan bahan semacam parasut, air tidak bisa nempel," kata dia.
Baca Juga: Launching Virtual, Harga MG ZS Belum Tembus Rp 300 Juta
Selama gerakan ini berjalan, pembuatan APD dalam bentuk pakaian tadi dibuat dengan ongkos patungan. Penjahit ia beri bahan sepanjang 3,5 meter untuk 1 pakaian. Total biayanya hampir Rp90.000 untuk 1 pakaian termasuk benang dan resleting.
"Penjahitnya tidak minta dibayar, tapi waktu itu karena spontan bayangan dia cuma buat 1 sampai 5, tapi begitu banyak, enggak mungkin juga saya enggak bayar orang. Yang tahap pertama, saya benar-benar enggak bayar. Jadi saya ada Rp1 juta, untuk 1 pekan buat penjahit. Beliin makan siang. Itu yang saya lakukan," kata Budhi.
Purwarupa pakaian APD ini rencananya akan dikirim ke empat RS, yaitu RSUP Dr Sardjito, RS Panembahan Senopati, RSUD Wates, dan RSUD Kota Yogyakarta. Masing-masing mendapat 20-30 pakaian APD dan masih akan didiskusikan bersama.
"Saya dengar tadi pagi ada dari Bantul yang juga buat dari bahan spound, kalau itu bisa nanti akan saya ajak koordinasi untuk suplay Bantul dan RS Panembahan Senopati. Tidak hanya Panembahan, namun juga PKU Bantul, RS UII. Kalau yang japri saya banyak banget, sampai Puskesmas Dlingo juga chat," terangnya.
Bukan hanya pakaian, nyatanya, gerakan ini juga menyenggol mahasiswa UGM yang membuat purwarupa pelindung wajah berbahan akrilik.
Baca Juga: Eks Barcelona Sarankan Messi dan Ronaldo Main di Liga Belarusia
"Sesungguhnya ini kan tidak terencana, karena case kan dapat cerita bahwa teman-teman medis paling berisiko. Nah banyak data paramedis di Jakarta yang terpapar sekian, dapat kabar dokter meninggal," ucapnya.
Berita Terkait
-
Rekomendasi Alat Pelindung Diri untuk Demo Mahasiswa: Lindungi Diri dari Gas Air Mata
-
KPK Tahan Satu Tersangka Lagi dalam Kasus Korupsi Pengadaan APD
-
KPK: Tersangka Kasus Korupsi APD Covid-19 Bisa Dijerat Hukuman Mati
-
Kebangetan! Dana APD Covid-19 Dikorupsi, Negara Rugi Rp 319 Miliar
-
Korupsi APD Covid-19 di Kemenkes, Dokter hingga Orang Berinisial ET Dicekal KPK ke Luar Negeri
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-17 Siaga! Media Asing: Ada yang Janggal dari Pemain Korut
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
Terkini
-
Pemkot Yogyakarta Gelar Pemeriksaan Kesehatan Lansia Gratis Tiap Bulan, Catat Tanggal dan Lokasinya!
-
Psikolog UGM Soroti Peran Literasi Digital dan Kontrol Diri
-
Pascaefisiensi Anggaran, Puteri Keraton Yogyakarta Pertahankan Kegiatan Budaya yang Terancam Hilang
-
Komunikasi Pemerintah Disorot: Harusnya Rangkul Publik, Bukan Bikin Kontroversi
-
Sehari Dua Kecelakaan Terjadi di Sleman, Satu Pengendara Motor Meninggal Dunia