Berkat produk jamu itu, pesanan yang masuk ke Sutrisno tak terbendung. Ia mengaku bahkan sempat tidak bisa setor produk tersebut kepada konsumen.
"Saya setor berapapun pasti habis, sempet kewalahan juga menghadapi pesanan yang segitu banyaknya. Itu juga ditambah dengan tenaga saya yang terkena lockdown diwilayahnya masing-masing," ungkapnya.
Diketahui selama pandemi Covid-19 ia sempat dibantu oleh tenaga yang berjumlah sekitar enam orang dari luar dusun atau desa itu. Namun karena lockdown pihaknya sempat mengerjakan sendiri sebelum akhirnya mendapat bantuan dari tetangga di sekitarnya.
"Bahkan ada tenaga yang dari deket rumah itu juga sampai bisa beli mobil walaupun tidak baru, tapi melejitnya sampai segitu kira-kira," ujarnya.
Baca Juga: Beredar Pesan Rantai Operasi Masker Denda Rp250 Ribu, Ditlantas DIY: Hoax
Namun tidak semua penjual jamu merasakan peningkatan itu. Pasalnya ada banyak juga penjual jamu keliling yang tidak bisa berjualan ke tempat langganannya karena terkena lockdown wilayah.
Sutrisno mengatakan baru dari situlah para penjual jamu merasa bahwa berjualan secata online itu juga perlu.
"Jamu gendong di sini banyak dijual ibu-ibu, tapi pesanan dari dalam kota dan luar kota seperti NTT, Jakarta, Sumatera dan lainnya tetap ada. Pesanannya juga macam-macam mulai dari jamu cair, instan, wedang uwuh dan segala macam," ungkapnya.
Sutrisno mengaku sempat merasakan harga bahan baku yang melambung tinggi beberapa bulan sebelumnya karena memang permintaan yang juga meningkat. Namun sekarang kondisi itu sudah mulai berangsur normal kembali.
Hingga saat ini Sutrisno masih terus menggeluti dunia jamu yang sudah ia tekuni tersebut. Pria yang memiliki hobi fotografi ini tidak hanya membuat dan memasarkan sendiri jamunya tapi juga membagikan ilmunya kepada orang banyak.
Baca Juga: DIY Terbitkan Pergub Protokol Kesehatan, Izin Usaha Dicabut jika Melanggar
Dedikasinya yang tinggi ditunjukkan saat ia hampir tak bisa pulang dari NTT ketika mengisi pelatihan tentang jamu. Pasalnya saat itu kondisi pandemi Covid-19 sedang meningkat tajam dan pemerintah memutuskan untuk membatasi sarana transportasi termasuk salah satunya pesawat.
Berita Terkait
-
Waspada! MUI Ingatkan Pemudik Soal Jamu Gratis Beralkohol Tinggi di Jalur Mudik
-
Nasib Karyawan PT Timah yang Hina Honorer, Kini Jualan Jamu usai Dipecat
-
Gelar Kunjungan Industri, Siswa MAN 2 Bantul Praktik Olah Bandeng Juwana
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
-
MAN 2 Bantul Terima Wakaf dari Keluarga Almh Hj. Munifah binti Istamar
Terpopuler
- 3 Klub BRI Liga 1 yang Bisa Jadi Pelabuhan Baru Ciro Alves pada Musim Depan
- 5 Rekomendasi Body Lotion Lokal untuk Mencerahkan Kulit, Harga Mulai Rp17 Ribu
- Cyrus Margono Terancam Tak Bersyarat Bela Timnas Indonesia di Piala AFF U-23 2025
- Rangkaian Skincare Viva untuk Memutihkan Wajah, Murah Meriah Hempas Kulit Kusam
- Rekomendasi Mobil Bekas Harga Rp70 Jutaan: Lengkap dengan Spesifikasi dan Estimasi Pajak
Pilihan
-
Kafe Bertebaran, Angkringan Bertahan: Kisah Ketahanan Budaya di Jogja
-
12 Rekomendasi SD Swasta Terfavorit di Pekanbaru, Pilih sesuai Kemampuan!
-
6 Rekomendasi Smartwatch Murah dengan Kualitas Bagus Terbaik April 2025
-
7 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025, Selalu Jadi Andalan
-
10 SD Negeri Favorit di Pekanbaru, Rekomendasi Jelang Anak Masuk Sekolah
Terkini
-
Niat Nyolong di Sleman, Pria Ini Malah Kena Batunya, Warga Gercep Amankan Pelaku
-
Link DANA Kaget Hari Ini, Bisa untuk Berbelanja Online di Akhir Bulan
-
Lansia di Sleman Membludak, Pemkab Resmikan Sekolah Khusus agar Tetap Produktif
-
'Ora Tak Kasih Tahu Sekarang' Sekda DIY Bungkam Soal Jadwal Baru Pengosongan ABA
-
Miris Tanah Warga Bantul Digadai Rp1,5 M Tanpa Sepengetahuan, Pemkab Janji Beri Keadilan